Pertama, Kami poetra dan poetri Indonesia,
Mengakoe bertoempah darah jang satoe, tumpah darah Indonesia
Kedua, Kami poetra dan poetri Indonesia,
Mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia
Ketiga, Kami poetra dan poetri Indonesia,
Mendjoenjoeng bahasa persatuan, bahasa Indonesia
Sumpah Pemuda adalah satu tonggak utama dalam sejarah pergerakan Indonesia,
yakni keputusan Kongres Pemuda Kedua pada tanggal 27-28 Oktober 1928 di
Batavia. Ikrar ini dianggap sebagai kristalisasi semangat menegakkan cita-cita
berdirinya negara Indonesia.
Sumpah pemuda yakni sebuah maklumat yang manjur untuk melumpuhkan
gerakan-gerakan separatis yang mengganggu negara dengan semangat nasionalisme.
Sepanjang perjalanan sejarah, pemuda selalu memainkan peran penting di
tengah masyarakat. Pemuda adalah tonggak kebangkitan dan kekuatan masyarakat. Begitu
juga agama Islam. Jika menengok fakta sejarah, akan ditemukan banyak sekali
sosok pemuda luar biasa.
Ali bin Abi Thalib ialah sosok pemuda pemberani yang tidak lain adalah
sepupu Kanjeng Nabi SAW. Ali selalu mengajarkan kepada pasukannya agar tidak
balas dendam, membunuh musuh dari belakang dan membunuh musuh yang luka parah.
Jika digali, terlalu banyak sosok terpuji pada dirinya. Sebut saja ketika dia
dengan ikhlas berpura-pura sebagai Kanjeng Nabi dan tidur di atas dipan beliau,
kelompok kafir Quraisy akhirnya terkena tipu daya.
Itulah sebenarnya etos kerja keras pemuda jaman Kanjeng Nabi yang hari ini
mulai kabur dengan menafsiran perilaku pemuda secara serampangan. Fenomena hits
pemuda zaman now dianggap sebagai referensi pemuda terbaik pada era ini.
Padahal, Kitabullah al-Qur’an al-Kariim menjelaskan dengan gamblang
karakteristik pemuda kekasih Allah SWT. Misalnya pada Q.S. al-Anbiya ayat 60
dan Q.S. al-Kahfi ayat 13 mengenai Ashabul Kahfi. Dijelaskan juga dalam hadits
riwayat Bukhari bahwasannya diantara tujuh kelompok yang dinaungi Allah pada
hari kiamat adalah pemuda yang tumbuh dan berkembang dalam ketaatan kepada
Allah SWT.
Lebih ironis lagi, ketika Soekarno berkata “berikan kepadaku 10 pemuda,
akan aku goncangkan dunia”. Beberapa abad yang lalu generasi muda menggoncangkan
dunia. Namun saat ini kemana para pemuda?
Pasalnya, gadget menjadi teman terbaik pemuda millenial. Entah tidak peduli
dengan keadaan sekitar. Naasnya, hal demikian sudah menggerogoti mental pemuda
bangsa. Sudah menjadi kewajiban segenap rakyat Indonesia, muda dan tua
menjunjung sikap solidaritas dan toleransi.
Pemuda Indonesia terlalu sibuk mengurus ego individualis. Agama lagi-lagi
dijadikan sekat pemisah antar golongan. Indonesia terlalu sibuk menilai kafir
dan bukan. Hingga lupa, Indonesia adalah negara heterogen dan Islam tidak
mengajarkan permusuhan.
Sialnya, gerakan-gerakan dengan label kekerasan tumbuh subur di Indonesia.
Hegemoni politik telah menjadi pupuk yang sangat subur atas nama agama. Pemuda
Indonesia lupa semboyan Indonesia: berbeda-beda tetapi tetap satu jua. Sudah
saatnya pemuda Indonesia bangkit. Pemuda generasi millenial sudah sewajarnya
menunjukkan andilnya. Kita tidak sama, namun kita kerja sama.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar