gaulku gaulmu

Selasa, 05 Desember 2017

Kaum Muda dan Radikalisme Agama di DIY-Jateng



Abstrak
Beberapa pekan ini radikalisme dengan mengatasnamakan agama gencar dimana-mana. Mulai dari media teror dan berbagai kekerasan pun dilakukan. Dalam hal ini agama terlalu sensitif untuk mengadu domba atas nama kepentingan politik yang sebenarnya. Munculnya berbagai isu fenomena radikalisme Islam menjadi suatu wacana yang menyudutkan Islam sebagai agama rahmatan lil ‘alamin. Munculnya berbagai isu tersebut menyebabkan kurangnya rasa nyaman bagi umat Islam. Berbagai gerakan kontra radikalisme gencar dilakukan, terutama oleh golongan Nahdlatul Ulama dan para santri. Begitu pula warga kabupaten Kebumen yang menyelenggarakan acara apel akbar santri bela NKRI yang diselenggarakan oleh PCNU Kebumen dan dilaksanakan di alun-alun Kebumen.

Kata Kunci: Radikalisme, Islam, Politik, Sntri.

PENDAHULUAN

Latar Belakang
            Diskursus mengenai perbincangan agama dan politik selalu menjadi topik terlaris sepanjang zaman, terutama dalam dunia Islam. Pemikiran di bidang politik sebagai cikal bakal diskursus konsep negara, baru muncul pada periode dinasti Abbasiyah.[1] Meski demikian, walaupun diskursus konsep negara baru muncul pada periode dinasti Abbasiyah, ketegangan dan benturan internal mengenai pengganti kedudukan Nabi SAW sebagai pemimpin merupakan awal sumber konflik berbias politik dikalangan umat Islam. Dalam pertemuan di Saqifah Bani Sa’adah muncul tiga ide politik, antara lain:
1.      Kembali ke sistem kabilah
2.      Sistem hak waris
3.      Ide persatuan melalui permusyawaratan.[2]
Perkembangan Islam di Timur Tengah sering kali memberikan pengaruh yang kuat bagi gerakan Islam di Tanah Air. Timur Tengah yang dipersepsikan sebagai pusat ajaran Islam, selalu menjadi rujukan bagi gerakan Islam di Indonesia. Begitu juga dengan gerakan revivalisme[3] Islam kontemporer di Timur Tengah. Gerakan revivalisme Islam di Indonesia menjelang awal abad ke-21, sesungguhnya telah tumbuh sejak awal 1980-an.
Di Indonesia sendiri, gerakan revivalisme lebih akrab disebut dengan gerakan radikalisme. Ketika perisiwa bom gereja Solo terjadi beberapa waktu lalu yang diyakini dilakukan oleh kelompok Al-Qaeda[4] maka obrolan dan diskusi mengenai radikalisme kembali marak. Radikalisme secara bahasa berasal dari kata radik yang berarti akar, inti. Radikal yang berarti amat keras menuntut perubahan (undang-undang, pemerintahan, dsb); maju dalam berpikir atau berbuat; secara mendasar. Radikalisme yakni teori yang radikal dalam politik; paham yang menginginkan perubahan sosial dan politik dengan cara drastis dan kekerasan; sikap ekstrim dalam suatu aliran politik.[5]
Radikalisme agama memang sering dijumpai di berbagai belahan dunia terutama di Indonesia yang sangat multikultural dan terdapat berbagai macam agama, sehingga potensi kemunculan gerakan-gerakan radikal sangatlah besar. Ada berbagai macam latar belakang kemunculan gerakan kelompok radikal, diantaranya adalah karena melihat liberalisasi ajaran-ajaran agama.[6]
Orientasi politis kaum radikal bukan hanya dimaknai sebagai proses politik perebutan kekuasaan negara, namun juga bisa dimaknai sebagai politik penyegaran kembali pemahaman keagamaan sebagai respon fenomena global yang sudah jauh dari “dunia idaman”. Orientasi tersebut dimaterialkan dalam bentuk agitasi propaganda terhadap masyarakat melalui media dakwah baik dakwah secara kultural maupun terorganisir melalui organisasi-organisasi berbasis ideologi radikal.[7] Bahkan gerakan-gerakan radikal tersebut dimaterialkan dalam bentuk kekerasan dengan alasan jihad fi sabilillah (jihad di jalan Allah). Adapun pendekatan negara dilakukan oleh kaum radikalis yaitu dengan memasuki partai politik yang memungkinkan mudah dimanfaatkan sebagai media dakwah untuk politik kekuasaan. Namun, masuknya para kaum radikal dalam dunia politik di Indonesia cenderung sangat sedikit mengingat sangat kuatnya kepentingan partai-partai politik atas kekuasaan (power) saja.[8]
Dalam kesempatan kali ini, penulis berusaha menjelaskan secara obyektif tentang kontribusi apel akbar dan pengukuhan kader santri bela NKRI yang bertujuan sebagai gerakan kontra radikalisme. Hal ini tidak akan merugikan pihak manapun, justru penulisan ini akan meningkatkan manfaatnya menjadi informan yang tahan uji.

Rumusan Masalah
            Dalam  karya tulis ini, beberapa masalah dapat dirumuskan sebagai berikut:
a.       Bagaimana kontribusi acara apel akbar sebagai gerakan kontra radikalisme?
b.      Bagaimana eksistensi apel akbar (defensif) sebagai gerakan kontra radikalisme?
c.       Bagaimana antusias kaum muda dan masyarakat terhadap acara apel akbar sebagai gerakan kontra radikalisme?

Maksud dan Tujuan
            Adapun maksud dan tujuan dari penulisan karya tulis ini adalah menambah kajian / teori tentang gerakan kontra radikalisme. Semoga karya tulis ini bermanfaat dan memberikan warna yang beda dalam konteks kontra radikalisme. Utamanya dapat menggugah para kaum muda bahwasannya nasib NKRI di tangan para pemuda.
Sedangkan tujuan umum dari penulisan karya tulis ini adalah untuk:
a.       Mengkaji kontribusi acara apel akbar sebagai gerakan kontra radikalisme.
b.      Mengkaji eksistensi acara apel akbar (defensif) sebagai gerakan kontra radikalisme.
c.       Mengkaji antusias kaum muda dan masyarakat terhadap acara apel akbar sebagai gerakan kontra radikalisme.

Kerangka Teori
Elemen masyarakat yang potensial dan rentan dengan radikalisasi, yaitu remaja (kaum muda). Kelompok muda yang dikatakan sebagai youth berumur 16-19 tahun dan setingkat SMA di Indonesia. Pada kaitannya dengan komunitas muda yang terdapat di Indonesia, terutama anak-anak sekolah seusia SMP dan SMA, merupakan komunitas yang secara psikologis masih rentan dan belum stabil sehingga lebih mudah terpengaruh oleh provokasi yang muncul di lapangan.[9]
Radikalisasi agama (Islam) oleh kaum muda tidak hanya terjadi di sekolah menengah saja. Perguruan tinggi juga menjadi agen penyebaran ideologi-ideologi radikal. Fenomena tersebut berkembang setelah bergulirnya reformasi pada 1998 yang berimbas pada jatuhnya rezim orde baru. Radikalisasi tersebut terjadi di Perguruan Tinggi (PT) di beberapa daerah di Indonesia. Gejala kebangkitan kaum muda radikal di kampus ditandai oleh perubahan revolusioner dalam gaya hidup mahasiswa. Contohnya, kebanyakan mahasiswi yang terlibat dalam kegiatan keagamaan di kampus mengenakan jilbab dan menggunakannya sebagai pakaian muslimah. Memakai atribut keislaman (Arab) yang dialamatkan dengan atribut Islam sangat ditampakkan oleh mahasiswa tersebut.[10]
Faktor-faktor yang mendukung tumbuhnya kelompok-kelompok muda radikal di kampus saat ini, salah satunya ialah didukungnya fasilitas-fasilitas keagamaan yang saat ini semakin lengkap tersedia. Dukungan fasilitas tersebut menjadikan aktivitas-aktivitas keagamaan semakin marak. Fenomena tersebut mendorong lahirnya kesan eksklusivisme. Eksklusivisme keislaman di kampus sangatlah memprihatinkan mengingat kampus merupakan aset bangsa yang diharapkan melahirkan insan-insan yang bijak, berpengetahuan dan toleran. Terutama kampus-kampus di Yogyakarta, dimana Yogyakarta dikenal sebagai kota yang toleran (Jogja city of tolerance). Gerakan radikal di kampus memang sudah marak terjadi karena pada sebelumnya tidak berani muncul, maka setelah reformasi mereka muncul dengan menawarkan alternatif keislaman sebagai alternatif umat Islam di Indonesia secara keseluruhan.[11]
Munculnya banyak gerakan radikalisme sangat meresahkan, terutama pada akademisi dan warga biasa. Pada hakikatnya, gerakan radikalisme yang banyak dijalankan oleh beberapa kelompok tidaklah salah karena mereka menggunakan al-Qur’an dan Sunnah. Namun, pemahaman dan pengaplikasiannya dalam tindakanlah yang menjadikannya salah kaprah. 
Gerakan-gerakan aliran tersebut dimulai dengan mengafirkan masyarakat dan mengangkat senjata untuk memeranginya karena persoalan hakimiyah. Perilaku tersebut terjadi akibat pemahaman yang salah terhadap firman Allah SWT dalam Q.S. Al-Maidah: 44. “Barangsiapa yang tidak berhukum dengan hukum yang diturunkan Allah SWT maka mereka adalah orang-orang kafir”.[12]
Meskipun gerakan radikalisme digalakan oleh umat Islam, namun banyak juga umat Islam yang tidak sependapat. Hal tersebut dikarenakan dakwah yang dijalankan tidak sesuai dengan Nabi Muhammad SAW yang membawa agama Islam sebagai agama rahmatan lil ‘alamin. Oleh karena itu banyak bermunculan gerakan kontra radikalisme. Maka, dalam karya tulis ini penulis mencoba mengkaji salah satu gerakan kontra radikalisme yang dilakukan secara defensif dengan apel akbar dan pengukuhan santri di alun-alun Kebumen sebagai gerakan kontra radikalisme.

Metode Penelitian
            Metode yang digunakan dalam penulisan karya tulis ini adalah metode observasi alamiah yakni penulis ikut andil dalam acara apel akbar dan meneliti semua kegiatan yang terjadi di lapangan dengan obyektif. Karya tulis ini juga menggunakan penelitian korelasional yakni bertujuan untuk mengetahui keeratan hubungan di antara variabel-variabel yang diteliti tanpa melakukan suatu intervensi terhadap variasi variabel-variabel  yang bersangkutan.[13] Di samping itu, pengkajian juga dilakukan dari segi perilaku peserta dan penyelenggara acara apel akbar tersebut.

PEMBAHASAN

Identifikasi Masalah
            Kebumen tercatat menjadi salah satu kabupaten di Jawa Tengah yang mayoritas warganya beragama Islam dan sebagian besar mengikuti organisasi Nahdlatul Ulama (NU). Banyak pula pondok pesantren berlatar belakang NU di daerah Kebumen. Pasalnya, masih terlalu banyak kaum muda yang enggan belajar di pesantren.
             Pemahaman yang kurang terhadap Islam mengakibatkan hal yang fatal dikalangan remaja. Mengingat semakin banyak golongan-golongan yang ingin mengadu domba umat Islam. Seperti halnya banyak bermunculan gerakan radikalisme agama. Kedudukan presiden di Indonesia juga kian diperebutkan. Beberapa golongan benar-benar menginginkan didirikannya negara khilafah. Dimana kekuasaan otoriter dan berdasarkan sistem Islam kaffah harus ditegakkan. Namun pendapat mereka selalu ditolak lantaran Indonesia adalah negara dengan beragam agama. Pancasila sebagai dasar negara pun menjelaskan toleransi beragama pada sila pertamanya.
Saat ini masih terdapat beberapa kaum muda yang mau belajar di pesantren dikarenakan pembayaran yang lebih murah dan kekeluargaan. Namun, bukan tidak mungkin jika pesantren ditinggalkan karena kurangnya fasilitas yang mengikuti perkembangan zaman. Pada dasarnya, pesantren bisa dijadikan sebagai salah satu pendukung generasi milenial dengan dukungan pemerintah setempat. Hal inilah yang terkadang menjadi kendala dikarenakan pemerintah setempat yang kurang mengakomodir kebutuhan pesantren. Pesantren membutuhkan fasilitas dan juga sumber daya manusia yang memadai.
Rendahnya tingkat pendidikan menjadi salah satu faktor mudahnya gerakan radikalisme agama masuk ke dalam suatu bangsa. Diperlukan juga  penataan yang baik dari segi fisik dan mental para santri. Kontribusi santri dalam gerakan kontra radikalisme sangatlah penting. Salah satu caranya yakni dengan menjaga tradisi leluhur NU seperti halnya tahlilan, yasinan, ziarah kubur, muludan, rajaban, syawalan, suranan dan lain sebagainya.[14]
Eksistensi dan cara penolakan terhadap gerakan radikalisme agama juga menjadi suatu kajian yang penting dibicarakan. Pasalnya, gerakan yang dilakukan pada saat apel akbar termasuk ke dalam gerakan defensif yakni lebih kepada pembenahan karakter, bukan pada penyerangan.
Aspek lain yang dianggap penting dalam apel akbar dan pengukuhan santri adalah antusias dan perilaku kaum muda serta masyarakat sekitar Kebumen terhadap acara apel akbar tersebut. Perilaku kaum muda dan masyarakat merupakan kajian penting yang mendukung pada perubahan peran atau kontribusi diadakannya apel akbar tersebut.

Analisis Masalah
            Slogan  kabupaten Kebumen adalah Kebumen Beriman yang bermakna singkatan dari bersih, indah, aman dan nyaman, dimana slogan ini termasuk kedalam slogan paling terkenal se-Indonesia. Maknanya adalah sebagai semangat, jiwa dan nilai-nilai yang harus dijiwai oleh masyarakat dan pemerintah dalam menjaga dan membangun daerah Kebumen. (Sumber: Kebumenkab.go.id). Organisasi Nahdlatul Ulama berkembang pesat di Kebumen. Hampir seluruh lapisan masyarakat Kebumen berfaham NU. Banyaknya isu mengenai radikalisme agama mengundang hasrat Nahdlatul Ulama untuk ikut andil melakukan aksi perlawanan.
            Kontribusi apel akbar yang dilaksanakan pada hari Minggu, 22 Oktober 2017 adalah bagian dari salah satu strategi untuk mempersatukan kaum muda di Kebumen dalam rangka menolak radikalisme atau intoleransi.[15] Peran lain adalah mengingatkan sejarah berdirinya NKRI bahwasannya santri merupakan salah satu pahlawan kemerdekaan melalui aksi “Resolusi Jihad”[16]. Selain itu, menjelaskan kepada kaum muda dan santri bahwa santri yang sesungguhnya adalah santri yang memiliki militansi kuat terhadap bangsa dan negara serta tidak lepas kepeduliannya terhadap bangsa dan negara. Maka, media apel akbar adalah media edukasi kepada kaum muda milenial untuk mempertahankan NKRI sebagaimana telah dicontohkan ulama-ulama terdahulu.[17]
            Eksistensi acara apel akbar yang dilaksanakan merupakan salah satu perlawanan radikalisme secara defensif dikarenakan bersamaan dengan hari santri. Meskipun pada dasarnya tujuannya sama yakni perlawanan dan penolakan terhadap radikalisme dan intoleransi. Dijelaskan oleh Bapak Imam Satibi, selaku Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Kebumen bahwasannya “pada dasarnya esensi dari apel akbar yang dilaksanakan bertepatan dengan hari santri yakni pengukuhan kader dan perlawanan terhadap gerakan radikalisme, meskipun tidak secara tegas menggunakan aksi perlawanan fisik”.  Beliau menambahkan “sebenarnya beberapa pekan lalu kita juga sudah pernah melakukan aksi ofensif atau perlawanan langsung terhadap gerakan radikalisme Islam”.
            Pelaksanaan apel akbar dan pengukuhan santri juga diiringi dengan lantunan 1 milyar shalawat nariyah. Shalwat nariyah merupakan salah satu bacaan yang rutin dilafadzkan. Kaum NU meyakini adanya makna keberkahan. Nilai-nilai keberkahan yang diyakini dalam tradisi NU yakni shalawat. Sehingga santri tidak hanya ikhtiar secara nyata saja. Wujud pembacaan shalawat nariyah termasuk ikhtiar bathiniyah.[18]
            Bapak Kyai Rozak, sebagai ketua PCNU Kebumen juga menjelaskan dalam sambutannya, bahwasannya kaum muda untuk lebih berhati-hati terhadap genjatan-genjatan kaum radikalisme. Selain itu, kewajiban mempertahankan tradisi Nahdlatul Ulama harus selalu dijalankan. Terakhir beliau menyampaikan dengan tegas menolak sistem khilafah Islamiyah di Indonesia.
            Kaum muda dan masyarakat sekitar terlihat antusias dan semarak hadir memeriahkan acara apel akbar pada 22 Oktober kemarin. Salah seorang mahasiswa IAINU Kebumen yakni peserta apel akbar menjelaskan acara berlangsung dengan aman dan disiplin, meski menyita beberapa waktu. Dia menambahkan, teatrikal resolusi jihad yang disajikan sangat menggugah jiwanya.
            Ketua Badan Eksekuif Mahasiswa IAINU juga menuturkan, acara serupa diharapkan diadakan kembali. Dikarenakan acara tersebut begitu menggetarkan jiwanya dan membuatnya berhasil meneteskan air mata membayangkan betapa heroik perjuangan santri zaman dahulu.

PENUTUP
Kesimpulan
            Dari uraian yang sudah dikemukakan sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1.      Acara yang serupa dengan apel akbar perlu diadakan kembali, karena keberadaannya berhasil menggugah mindset para kaum muda untuk lebih menjada tradisi Nahdlatul Ulama dan menolak faham radikalisme.
2.      Cara perlawanan defensif terlihat lebih elegan dan menarik perhatian berbagai pihak dikarenakan tidak menimbulkan kerusuhan. Namun, perlawanan ofensif juga harus tetap dilaksanakan sebagai penyeimbang perlawanan terhadap radikalisme dan intoleransi.
3.      Antusias kaum muda dan masyarakat sekitar Kebumen mendukung dan sejalan dengan tindakan perlawanan terhadap gerakan radikalisme.

Rekomendasi
            Dalam kesempatan ini penulis menjelaskan kontribusi gerakan perlawanan terhadap radikalisme agama dan intoleransi tanpa kerusuhan yakni melalui pengukuhan kader (defensif) merupakan suatu cara yang sesuai dilaksanakan di Kebumen , melihat kondisi masyarakat yang aman dan nyaman. Dengan koordinasi dan kerjasama dengan beberapa pihak maka Kebumen akan melahirkan banyak kader-kader santri pembela NKRI. Adanya kegiatan apel akbar tidak hanya sebagai acara memeriahakan hari santri, namun keberadaannya benar-benar menggugah jiwa kaum muda tentang keutuhan NKRI dan penolakan secara jelas terhadap radikalisme dan intoleransi.














DAFTAR PUSTAKA

Al-Azhari, Ussamah Sayyid, al-Haqq al-Mubin fii al-Radd ‘ala Man Tala’aba bi al-Din; al-Tayyarat al-Muthatarrifah min al-Ikhwan ila al-Da’isy fii Mizan al-‘Ilm (Islam Radikal; Telaah Kritis Radikalisme dari Ikhwanul Muslimin Hingga ISIS), diterj. M. Hidayatullah, Abu Dhabi: Dar al-Faqih, 2015.
Azwar, Saifuddin, Metode Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010.
Fajri, M. Zul dan Ratu Aprillia Senja, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Jakarta: Aneka Ilmu, 2008.
Khuluq, Lathiful, K.H.Hasyim Asy’ari Pemikiran dan Perjuangan, Jakarta Timur: Bayt al-Qur’an, 2017.
Milia, Jana, “Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat terhadap Kelompok Terorisme al-Qaeda pada Masa Pemerintahan Barack Obama”, Jom Fisip, Vol. 02, No. 02, 2015.
Qadir, Zuly, Radikalisme Agama di Indonesia, Jakarta: Pustaka Pelajar, 2014.
Rahmat, M. Imdadun, Arus Baru Islam Radikal; Transmisi Revivalisme Islam Timur Tengah ke Indonesia, Jakarta: Erlangga, 2013.
Rozak, Maskur, Sambutan Apel Akbar, Ketua PCNU Kebumen, Minggu 22 Oktober 2017.
Satibi, Imam, Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama dan Rektor Institut Agama Islam Nahdlatul Ulama, 20 Oktober 2017.  
Situmorang, Jubair, Model Pemikiran dan Penelitian Politik Islam, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2014.


[1] Jubair Situmorang, Model Pemikiran dan Penelitian Politik Islam, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2014, hlm. 57.
[2] Ibid.  
[3] Gerakan revivalisme adalah gerakan yang mengkritik kesalahan para elit politik ketika memilih ideologi sekuler semacam sosialisme, nasionalisme dan demokrasi sebagai biang kemunduran, kemiskinan dan keterbelakangan bangsa Arab. Arab kalah oleh Israel karena mereka meninggalkan Islam. Krisis yang berlarut-larut dan kekecewaan terhadap dominasi sekularisme dalam masyarakat Islam mendorong dikedepankannya alternatif Islam. Lihat juga, M. Imdadun Rahmat, Arus Baru Islam Radikal; Transmisi Revivalisme Islam Timur Tengah ke Indonesia, Jakarta: Erlangga, 2013, hlm. 12.
[4] Al-Qaeda merupakan gerakan Islam dalam sebuah kelompok yang berdiri pada akhir tahun 1980-an. Al-Qaeda seringkali bertanggung jawab atas segala tindakan terorisme yang banyak menghancurkan gedung dan juga bom bunuh diri. Al-Qaeda dipimpin oleh Osama bin Laden yang merupakan keturunan pengusaha kaya di Arab. Hal tersebut merupakan salah satu faktor yang mendorong lahirnya kelompok-kelompok terorisme. Al-Qaeda merupakan terorisme yang dibangun oleh seorang militan yang berasal dari Arab yang ikut berperang ke Afghanistan dengan membela dan memperjuangkan hak-hak yang didasarkan pada agama. Kelompok ini lahir akibat dari pemberontak yang menentang Invasi Sofiet pada tahun 1979. Sehingga, pada tahun 1980-an, Osama merekrut para pejuang-pejuang tersebut untuk dilatih dan dibiayai untuk berjuang melawan imperialisme komunis dan Barat. Al-Qaeda merupakan kelompok terorisme yang memproklamirkan diri sebagai gerakan Islam ekstrimis. Lihat juga, Jana Milia, “Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat terhadap Kelompok Terorisme al-Qaeda pada Masa Pemerintahan Barack Obama”, Jom Fisip, Vol. 02, No. 02, 2015 hlm. 6-7.
[5] M. Zul Fajri dan Ratu Aprillia Senja, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Jakarta: Aneka Ilmu, 2008, hlm. 684.
[6] Zuly Qadir, Radikalisme Agama di Indonesia, Jakarta: Pustaka Pelajar, 2014, hlm. 219.
[7] Ibid., hlm. 220.
[8] Ibid.
[9] Zuly Qadir, Radikalisme Agama di Indonesia, hlm. 221.
[10] Ibid., hlm. 222.
[11] Ibid., hlm. 223.
[12] Ussamah Sayyid al-Azhari, al-Haqq al-Mubin fii al-Radd ‘ala Man Tala’aba bi al-Din; al-Tayyarat al-Muthatarrifah min al-Ikhwan ila al-Da’isy fii Mizan al-‘Ilm (Islam Radikal; Telaah Kritis Radikalisme dari Ikhwanul Muslimin Hingga ISIS), diterj. M. Hidayatullah, Abu Dhabi: Dar al-Faqih, 2015, hlm. 6.
[13] Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010, hlm. 21.
[14] Maskur Rozak, Sambutan Apel Akbar, Ketua PCNU Kebumen, Minggu 22 Oktober 2017.
[15] Imam Satibi, Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama dan Rektor Institut Agama Islam Nahdlatul Ulama, 20 Oktober 2017.  
[16] Resolusi Jihad adalah sebuah fatwa yang dikeluarkan oleh K.H. Hasyim Asy’ari, yakni seruan pernyataan tentang wajibnya jihad dengan kekuatan penuh dan merebut kemerdekaan dari kaum penjajah. Lihat juga, Lathiful Khuluq, K.H.Hasyim Asy’ari Pemikiran dan Perjuangan, Jakarta Timur: Bayt al-Qur’an, 2017, hlm 10.
[17] Ibid.
[18] Ibid.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar