Abstrak
Beberapa pekan ini radikalisme dengan
mengatasnamakan agama gencar dimana-mana. Mulai dari media teror dan berbagai
kekerasan pun dilakukan. Dalam hal ini agama terlalu sensitif untuk mengadu
domba atas nama kepentingan politik yang sebenarnya. Munculnya berbagai isu
fenomena radikalisme Islam menjadi suatu wacana yang menyudutkan Islam sebagai
agama rahmatan lil ‘alamin. Munculnya berbagai isu tersebut menyebabkan
kurangnya rasa nyaman bagi umat Islam. Berbagai gerakan kontra radikalisme
gencar dilakukan, terutama oleh golongan Nahdlatul Ulama dan para santri. Begitu
pula warga kabupaten Kebumen yang menyelenggarakan acara apel akbar santri bela
NKRI yang diselenggarakan oleh PCNU Kebumen dan dilaksanakan di alun-alun
Kebumen.
Kata Kunci: Radikalisme, Islam,
Politik, Sntri.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Diskursus mengenai perbincangan agama dan politik selalu
menjadi topik terlaris sepanjang zaman, terutama dalam dunia Islam. Pemikiran
di bidang politik sebagai cikal bakal diskursus konsep negara, baru muncul pada
periode dinasti Abbasiyah.[1]
Meski demikian, walaupun diskursus konsep negara baru muncul pada periode
dinasti Abbasiyah, ketegangan dan benturan internal mengenai pengganti
kedudukan Nabi SAW sebagai pemimpin merupakan awal sumber konflik berbias
politik dikalangan umat Islam. Dalam pertemuan di Saqifah Bani Sa’adah muncul
tiga ide politik, antara lain:
1.
Kembali ke sistem kabilah
2. Sistem hak waris
3.
Ide persatuan melalui permusyawaratan.[2]
Perkembangan
Islam di Timur Tengah sering kali memberikan pengaruh yang kuat bagi gerakan
Islam di Tanah Air. Timur Tengah yang dipersepsikan sebagai pusat ajaran Islam,
selalu menjadi rujukan bagi gerakan Islam di Indonesia. Begitu juga dengan
gerakan revivalisme[3]
Islam kontemporer di Timur Tengah. Gerakan revivalisme Islam di Indonesia
menjelang awal abad ke-21, sesungguhnya telah tumbuh sejak awal 1980-an.
Di Indonesia
sendiri, gerakan revivalisme lebih akrab disebut dengan gerakan radikalisme.
Ketika perisiwa bom gereja Solo terjadi beberapa waktu lalu yang diyakini
dilakukan oleh kelompok Al-Qaeda[4]
maka obrolan dan diskusi mengenai radikalisme kembali marak. Radikalisme secara
bahasa berasal dari kata radik yang berarti akar, inti. Radikal yang berarti
amat keras menuntut perubahan (undang-undang, pemerintahan, dsb); maju dalam
berpikir atau berbuat; secara mendasar. Radikalisme yakni teori yang radikal
dalam politik; paham yang menginginkan perubahan sosial dan politik dengan cara
drastis dan kekerasan; sikap ekstrim dalam suatu aliran politik.[5]
Radikalisme
agama memang sering dijumpai di berbagai belahan dunia terutama di Indonesia
yang sangat multikultural dan terdapat berbagai macam agama, sehingga potensi
kemunculan gerakan-gerakan radikal sangatlah besar. Ada berbagai macam latar
belakang kemunculan gerakan kelompok radikal, diantaranya adalah karena melihat
liberalisasi ajaran-ajaran agama.[6]
Orientasi
politis kaum radikal bukan hanya dimaknai sebagai proses politik perebutan
kekuasaan negara, namun juga bisa dimaknai sebagai politik penyegaran kembali
pemahaman keagamaan sebagai respon fenomena global yang sudah jauh dari “dunia
idaman”. Orientasi tersebut dimaterialkan dalam bentuk agitasi propaganda terhadap
masyarakat melalui media dakwah baik dakwah secara kultural maupun terorganisir
melalui organisasi-organisasi berbasis ideologi radikal.[7] Bahkan
gerakan-gerakan radikal tersebut dimaterialkan dalam bentuk kekerasan dengan
alasan jihad fi sabilillah (jihad di jalan Allah). Adapun pendekatan
negara dilakukan oleh kaum radikalis yaitu dengan memasuki partai politik yang
memungkinkan mudah dimanfaatkan sebagai media dakwah untuk politik kekuasaan.
Namun, masuknya para kaum radikal dalam dunia politik di Indonesia cenderung
sangat sedikit mengingat sangat kuatnya kepentingan partai-partai politik atas
kekuasaan (power) saja.[8]
Dalam
kesempatan kali ini, penulis berusaha menjelaskan secara obyektif tentang
kontribusi apel akbar dan pengukuhan kader santri bela NKRI yang bertujuan
sebagai gerakan kontra radikalisme. Hal ini tidak akan merugikan pihak manapun,
justru penulisan ini akan meningkatkan manfaatnya menjadi informan yang tahan
uji.
Rumusan Masalah
Dalam karya tulis ini, beberapa masalah dapat
dirumuskan sebagai berikut:
a.
Bagaimana kontribusi acara apel akbar sebagai gerakan kontra radikalisme?
b. Bagaimana eksistensi apel
akbar (defensif) sebagai gerakan kontra radikalisme?
c. Bagaimana antusias kaum
muda dan masyarakat terhadap acara apel akbar sebagai gerakan kontra
radikalisme?
Maksud dan Tujuan
Adapun maksud
dan tujuan dari penulisan karya tulis ini adalah menambah kajian / teori
tentang gerakan kontra radikalisme. Semoga karya tulis ini bermanfaat dan
memberikan warna yang beda dalam konteks kontra radikalisme. Utamanya dapat
menggugah para kaum muda bahwasannya nasib NKRI di tangan para pemuda.
Sedangkan
tujuan umum dari penulisan karya tulis ini adalah untuk:
a.
Mengkaji kontribusi acara apel akbar sebagai gerakan kontra radikalisme.
b. Mengkaji eksistensi acara
apel akbar (defensif) sebagai gerakan kontra radikalisme.
c. Mengkaji antusias kaum
muda dan masyarakat terhadap acara apel akbar sebagai gerakan kontra
radikalisme.
Kerangka Teori
Elemen
masyarakat yang potensial dan rentan dengan radikalisasi, yaitu remaja (kaum
muda). Kelompok muda yang dikatakan sebagai youth berumur 16-19 tahun dan
setingkat SMA di Indonesia. Pada kaitannya dengan komunitas muda yang terdapat
di Indonesia, terutama anak-anak sekolah seusia SMP dan SMA, merupakan
komunitas yang secara psikologis masih rentan dan belum stabil sehingga lebih
mudah terpengaruh oleh provokasi yang muncul di lapangan.[9]
Radikalisasi
agama (Islam) oleh kaum muda tidak hanya terjadi di sekolah menengah saja.
Perguruan tinggi juga menjadi agen penyebaran ideologi-ideologi radikal.
Fenomena tersebut berkembang setelah bergulirnya reformasi pada 1998 yang
berimbas pada jatuhnya rezim orde baru. Radikalisasi tersebut terjadi di
Perguruan Tinggi (PT) di beberapa daerah di Indonesia. Gejala kebangkitan kaum
muda radikal di kampus ditandai oleh perubahan revolusioner dalam gaya hidup
mahasiswa. Contohnya, kebanyakan mahasiswi yang terlibat dalam kegiatan
keagamaan di kampus mengenakan jilbab dan menggunakannya sebagai pakaian
muslimah. Memakai atribut keislaman (Arab) yang dialamatkan dengan atribut Islam
sangat ditampakkan oleh mahasiswa tersebut.[10]
Faktor-faktor
yang mendukung tumbuhnya kelompok-kelompok muda radikal di kampus saat ini,
salah satunya ialah didukungnya fasilitas-fasilitas keagamaan yang saat ini
semakin lengkap tersedia. Dukungan fasilitas tersebut menjadikan aktivitas-aktivitas
keagamaan semakin marak. Fenomena tersebut mendorong lahirnya kesan
eksklusivisme. Eksklusivisme keislaman di kampus sangatlah memprihatinkan
mengingat kampus merupakan aset bangsa yang diharapkan melahirkan insan-insan
yang bijak, berpengetahuan dan toleran. Terutama kampus-kampus di Yogyakarta,
dimana Yogyakarta dikenal sebagai kota yang toleran (Jogja city of tolerance).
Gerakan radikal di kampus memang sudah marak terjadi karena pada sebelumnya
tidak berani muncul, maka setelah reformasi mereka muncul dengan menawarkan
alternatif keislaman sebagai alternatif umat Islam di Indonesia secara
keseluruhan.[11]
Munculnya
banyak gerakan radikalisme sangat meresahkan, terutama pada akademisi dan warga
biasa. Pada hakikatnya, gerakan radikalisme yang banyak dijalankan oleh
beberapa kelompok tidaklah salah karena mereka menggunakan al-Qur’an dan
Sunnah. Namun, pemahaman dan pengaplikasiannya dalam tindakanlah yang
menjadikannya salah kaprah.
Gerakan-gerakan
aliran tersebut dimulai dengan mengafirkan masyarakat dan mengangkat senjata
untuk memeranginya karena persoalan hakimiyah. Perilaku tersebut terjadi
akibat pemahaman yang salah terhadap firman Allah SWT dalam Q.S. Al-Maidah: 44.
“Barangsiapa yang tidak berhukum dengan hukum yang diturunkan Allah SWT maka
mereka adalah orang-orang kafir”.[12]
Meskipun
gerakan radikalisme digalakan oleh umat Islam, namun banyak juga umat Islam
yang tidak sependapat. Hal tersebut dikarenakan dakwah yang dijalankan tidak
sesuai dengan Nabi Muhammad SAW yang membawa agama Islam sebagai agama rahmatan
lil ‘alamin. Oleh karena itu banyak bermunculan gerakan kontra radikalisme.
Maka, dalam karya tulis ini penulis mencoba mengkaji salah satu gerakan kontra
radikalisme yang dilakukan secara defensif dengan apel akbar dan
pengukuhan santri di alun-alun Kebumen sebagai gerakan kontra radikalisme.
Metode Penelitian
Metode yang
digunakan dalam penulisan karya tulis ini adalah metode observasi alamiah yakni
penulis ikut andil dalam acara apel akbar dan meneliti semua kegiatan yang
terjadi di lapangan dengan obyektif. Karya tulis ini juga menggunakan
penelitian korelasional yakni bertujuan untuk mengetahui keeratan hubungan di
antara variabel-variabel yang diteliti tanpa melakukan suatu intervensi
terhadap variasi variabel-variabel yang
bersangkutan.[13] Di
samping itu, pengkajian juga dilakukan dari segi perilaku peserta dan
penyelenggara acara apel akbar tersebut.
PEMBAHASAN
Identifikasi Masalah
Kebumen
tercatat menjadi salah satu kabupaten di Jawa Tengah yang mayoritas warganya
beragama Islam dan sebagian besar mengikuti organisasi Nahdlatul Ulama (NU). Banyak
pula pondok pesantren berlatar belakang NU di daerah Kebumen. Pasalnya, masih
terlalu banyak kaum muda yang enggan belajar di pesantren.
Pemahaman yang
kurang terhadap Islam mengakibatkan hal yang fatal dikalangan remaja. Mengingat
semakin banyak golongan-golongan yang ingin mengadu domba umat Islam. Seperti halnya
banyak bermunculan gerakan radikalisme agama. Kedudukan presiden di Indonesia
juga kian diperebutkan. Beberapa golongan benar-benar menginginkan didirikannya
negara khilafah. Dimana kekuasaan otoriter dan berdasarkan sistem Islam kaffah
harus ditegakkan. Namun pendapat mereka selalu ditolak lantaran Indonesia
adalah negara dengan beragam agama. Pancasila sebagai dasar negara pun
menjelaskan toleransi beragama pada sila pertamanya.
Saat ini masih
terdapat beberapa kaum muda yang mau belajar di pesantren dikarenakan
pembayaran yang lebih murah dan kekeluargaan. Namun, bukan tidak mungkin jika
pesantren ditinggalkan karena kurangnya fasilitas yang mengikuti perkembangan
zaman. Pada dasarnya, pesantren bisa dijadikan sebagai salah satu pendukung
generasi milenial dengan dukungan pemerintah setempat. Hal inilah yang
terkadang menjadi kendala dikarenakan pemerintah setempat yang kurang
mengakomodir kebutuhan pesantren. Pesantren membutuhkan fasilitas dan juga
sumber daya manusia yang memadai.
Rendahnya
tingkat pendidikan menjadi salah satu faktor mudahnya gerakan radikalisme agama
masuk ke dalam suatu bangsa. Diperlukan juga
penataan yang baik dari segi fisik dan mental para santri. Kontribusi
santri dalam gerakan kontra radikalisme sangatlah penting. Salah satu caranya
yakni dengan menjaga tradisi leluhur NU seperti halnya tahlilan, yasinan,
ziarah kubur, muludan, rajaban, syawalan, suranan dan lain sebagainya.[14]
Eksistensi dan
cara penolakan terhadap gerakan radikalisme agama juga menjadi suatu kajian
yang penting dibicarakan. Pasalnya, gerakan yang dilakukan pada saat apel akbar
termasuk ke dalam gerakan defensif yakni lebih kepada pembenahan karakter,
bukan pada penyerangan.
Aspek lain
yang dianggap penting dalam apel akbar dan pengukuhan santri adalah antusias
dan perilaku kaum muda serta masyarakat sekitar Kebumen terhadap acara apel akbar
tersebut. Perilaku kaum muda dan masyarakat merupakan kajian penting yang
mendukung pada perubahan peran atau kontribusi diadakannya apel akbar tersebut.
Analisis Masalah
Slogan kabupaten Kebumen adalah Kebumen Beriman yang
bermakna singkatan dari bersih, indah, aman dan nyaman, dimana slogan ini
termasuk kedalam slogan paling terkenal se-Indonesia. Maknanya adalah sebagai
semangat, jiwa dan nilai-nilai yang harus dijiwai oleh masyarakat dan
pemerintah dalam menjaga dan membangun daerah Kebumen. (Sumber:
Kebumenkab.go.id). Organisasi Nahdlatul Ulama berkembang pesat di Kebumen.
Hampir seluruh lapisan masyarakat Kebumen berfaham NU. Banyaknya isu mengenai
radikalisme agama mengundang hasrat Nahdlatul Ulama untuk ikut andil melakukan
aksi perlawanan.
Kontribusi apel akbar yang dilaksanakan pada hari Minggu,
22 Oktober 2017 adalah bagian dari salah satu strategi untuk mempersatukan kaum
muda di Kebumen dalam rangka menolak radikalisme atau intoleransi.[15]
Peran lain adalah mengingatkan sejarah berdirinya NKRI bahwasannya santri
merupakan salah satu pahlawan kemerdekaan melalui aksi “Resolusi Jihad”[16].
Selain itu, menjelaskan kepada kaum muda dan santri bahwa santri yang
sesungguhnya adalah santri yang memiliki militansi kuat terhadap bangsa dan
negara serta tidak lepas kepeduliannya terhadap bangsa dan negara. Maka, media
apel akbar adalah media edukasi kepada kaum muda milenial untuk mempertahankan
NKRI sebagaimana telah dicontohkan ulama-ulama terdahulu.[17]
Eksistensi acara apel akbar yang dilaksanakan merupakan
salah satu perlawanan radikalisme secara defensif dikarenakan bersamaan
dengan hari santri. Meskipun pada dasarnya tujuannya sama yakni perlawanan dan
penolakan terhadap radikalisme dan intoleransi. Dijelaskan oleh Bapak Imam
Satibi, selaku Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Kebumen bahwasannya “pada
dasarnya esensi dari apel akbar yang dilaksanakan bertepatan dengan hari santri
yakni pengukuhan kader dan perlawanan terhadap gerakan radikalisme, meskipun
tidak secara tegas menggunakan aksi perlawanan fisik”. Beliau menambahkan “sebenarnya beberapa pekan
lalu kita juga sudah pernah melakukan aksi ofensif atau perlawanan
langsung terhadap gerakan radikalisme Islam”.
Pelaksanaan apel akbar dan pengukuhan santri juga
diiringi dengan lantunan 1 milyar shalawat nariyah. Shalwat nariyah merupakan
salah satu bacaan yang rutin dilafadzkan. Kaum NU meyakini adanya makna
keberkahan. Nilai-nilai keberkahan yang diyakini dalam tradisi NU yakni
shalawat. Sehingga santri tidak hanya ikhtiar secara nyata saja. Wujud pembacaan
shalawat nariyah termasuk ikhtiar bathiniyah.[18]
Bapak Kyai Rozak, sebagai ketua PCNU Kebumen juga
menjelaskan dalam sambutannya, bahwasannya kaum muda untuk lebih berhati-hati
terhadap genjatan-genjatan kaum radikalisme. Selain itu, kewajiban
mempertahankan tradisi Nahdlatul Ulama harus selalu dijalankan. Terakhir beliau
menyampaikan dengan tegas menolak sistem khilafah Islamiyah di Indonesia.
Kaum muda dan masyarakat sekitar terlihat antusias dan
semarak hadir memeriahkan acara apel akbar pada 22 Oktober kemarin. Salah
seorang mahasiswa IAINU Kebumen yakni peserta apel akbar menjelaskan acara
berlangsung dengan aman dan disiplin, meski menyita beberapa waktu. Dia
menambahkan, teatrikal resolusi jihad yang disajikan sangat menggugah jiwanya.
Ketua Badan Eksekuif Mahasiswa IAINU juga menuturkan,
acara serupa diharapkan diadakan kembali. Dikarenakan acara tersebut begitu
menggetarkan jiwanya dan membuatnya berhasil meneteskan air mata membayangkan
betapa heroik perjuangan santri zaman dahulu.
PENUTUP
Kesimpulan
Dari uraian
yang sudah dikemukakan sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1.
Acara yang serupa dengan apel akbar perlu diadakan kembali, karena
keberadaannya berhasil menggugah mindset para kaum muda untuk lebih menjada
tradisi Nahdlatul Ulama dan menolak faham radikalisme.
2. Cara perlawanan defensif
terlihat lebih elegan dan menarik perhatian berbagai pihak dikarenakan
tidak menimbulkan kerusuhan. Namun, perlawanan ofensif juga harus tetap
dilaksanakan sebagai penyeimbang perlawanan terhadap radikalisme dan
intoleransi.
3. Antusias kaum muda dan
masyarakat sekitar Kebumen mendukung dan sejalan dengan tindakan perlawanan
terhadap gerakan radikalisme.
Rekomendasi
Dalam
kesempatan ini penulis menjelaskan kontribusi gerakan perlawanan terhadap
radikalisme agama dan intoleransi tanpa kerusuhan yakni melalui
pengukuhan kader (defensif) merupakan suatu cara yang sesuai dilaksanakan di
Kebumen , melihat kondisi masyarakat yang aman dan nyaman. Dengan koordinasi
dan kerjasama dengan beberapa pihak maka Kebumen akan melahirkan banyak
kader-kader santri pembela NKRI. Adanya kegiatan apel akbar tidak hanya sebagai
acara memeriahakan hari santri, namun keberadaannya benar-benar menggugah jiwa
kaum muda tentang keutuhan NKRI dan penolakan secara jelas terhadap radikalisme
dan intoleransi.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Azhari, Ussamah Sayyid, al-Haqq al-Mubin fii al-Radd ‘ala Man
Tala’aba bi al-Din; al-Tayyarat al-Muthatarrifah min al-Ikhwan ila al-Da’isy
fii Mizan al-‘Ilm (Islam Radikal; Telaah Kritis Radikalisme dari
Ikhwanul Muslimin Hingga ISIS), diterj. M. Hidayatullah, Abu Dhabi: Dar
al-Faqih, 2015.
Azwar, Saifuddin, Metode Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2010.
Fajri, M. Zul dan Ratu Aprillia Senja, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Jakarta:
Aneka Ilmu, 2008.
Khuluq,
Lathiful, K.H.Hasyim Asy’ari Pemikiran dan Perjuangan, Jakarta Timur:
Bayt al-Qur’an, 2017.
Milia, Jana, “Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat terhadap Kelompok
Terorisme al-Qaeda pada Masa Pemerintahan Barack Obama”, Jom Fisip, Vol.
02, No. 02, 2015.
Qadir, Zuly, Radikalisme Agama di Indonesia, Jakarta: Pustaka
Pelajar, 2014.
Rahmat, M. Imdadun, Arus Baru Islam Radikal; Transmisi Revivalisme Islam
Timur Tengah ke Indonesia, Jakarta: Erlangga, 2013.
Rozak, Maskur, Sambutan Apel Akbar, Ketua PCNU Kebumen, Minggu 22
Oktober 2017.
Satibi, Imam, Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama dan Rektor Institut Agama
Islam Nahdlatul Ulama, 20 Oktober 2017.
Situmorang, Jubair, Model Pemikiran dan Penelitian Politik Islam, Bandung:
CV. Pustaka Setia, 2014.
[1] Jubair Situmorang, Model
Pemikiran dan Penelitian Politik Islam, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2014,
hlm. 57.
[3] Gerakan revivalisme
adalah gerakan yang mengkritik kesalahan para elit politik ketika memilih
ideologi sekuler semacam sosialisme, nasionalisme dan demokrasi sebagai biang
kemunduran, kemiskinan dan keterbelakangan bangsa Arab. Arab kalah oleh Israel
karena mereka meninggalkan Islam. Krisis yang berlarut-larut dan kekecewaan
terhadap dominasi sekularisme dalam masyarakat Islam mendorong dikedepankannya
alternatif Islam. Lihat juga, M. Imdadun Rahmat, Arus Baru Islam Radikal;
Transmisi Revivalisme Islam Timur Tengah ke Indonesia, Jakarta: Erlangga,
2013, hlm. 12.
[4] Al-Qaeda merupakan
gerakan Islam dalam sebuah kelompok yang berdiri pada akhir tahun 1980-an.
Al-Qaeda seringkali bertanggung jawab atas segala tindakan terorisme yang
banyak menghancurkan gedung dan juga bom bunuh diri. Al-Qaeda dipimpin oleh
Osama bin Laden yang merupakan keturunan pengusaha kaya di Arab. Hal tersebut
merupakan salah satu faktor yang mendorong lahirnya kelompok-kelompok
terorisme. Al-Qaeda merupakan terorisme yang dibangun oleh seorang militan yang
berasal dari Arab yang ikut berperang ke Afghanistan dengan membela dan
memperjuangkan hak-hak yang didasarkan pada agama. Kelompok ini lahir akibat
dari pemberontak yang menentang Invasi Sofiet pada tahun 1979. Sehingga, pada
tahun 1980-an, Osama merekrut para pejuang-pejuang tersebut untuk dilatih dan
dibiayai untuk berjuang melawan imperialisme komunis dan Barat. Al-Qaeda
merupakan kelompok terorisme yang memproklamirkan diri sebagai gerakan Islam
ekstrimis. Lihat juga, Jana Milia, “Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat
terhadap Kelompok Terorisme al-Qaeda pada Masa Pemerintahan Barack Obama”, Jom
Fisip, Vol. 02, No. 02, 2015 hlm. 6-7.
[5] M. Zul Fajri dan Ratu
Aprillia Senja, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Jakarta: Aneka Ilmu,
2008, hlm. 684.
[8] Ibid.
[11] Ibid., hlm. 223.
[12] Ussamah Sayyid
al-Azhari, al-Haqq al-Mubin fii al-Radd ‘ala Man Tala’aba bi al-Din;
al-Tayyarat al-Muthatarrifah min al-Ikhwan ila al-Da’isy fii Mizan al-‘Ilm
(Islam Radikal; Telaah Kritis Radikalisme dari Ikhwanul Muslimin Hingga
ISIS), diterj. M. Hidayatullah, Abu Dhabi: Dar al-Faqih, 2015, hlm. 6.
[15] Imam Satibi, Pengurus
Cabang Nahdlatul Ulama dan Rektor Institut Agama Islam Nahdlatul Ulama, 20
Oktober 2017.
[16] Resolusi
Jihad adalah sebuah fatwa yang dikeluarkan oleh K.H. Hasyim Asy’ari, yakni
seruan pernyataan tentang wajibnya jihad dengan kekuatan penuh dan merebut
kemerdekaan dari kaum penjajah. Lihat juga, Lathiful Khuluq, K.H.Hasyim Asy’ari Pemikiran dan Perjuangan,
Jakarta Timur: Bayt al-Qur’an, 2017, hlm 10.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar