gaulku gaulmu

Selasa, 05 Desember 2017

Makna Kata ‘Takut’ dalam Al-Qur’an (Khauf dan Khasyyah)



I.  PENDAHULUAN
            Di dalam hidup ini hampir setiap manusia selalu mempunyai perasaan bahagia, senang, sedih, kecewa, merasa aman, merasa takut dan khawatir. Setiap orang yang melakukan kesalahan atau perbuatan yang melanggar, biasanya akan merasa takut atau khawatir apabila perbuatannya diketahui.
Mempelajari isi al-Qur’an akan menambah perbendaharaan baru, memperluas pandangan dan pengetahuan, meningkatkan perspektif baru dan selalu menemui hal-hal yang selalu baru, karena al-Qur’an merupakan sumber ilmu dan khazanah pengetahuan jika dikaji secara detail.[1]
            Al-Qur’an adalah kalam ilahi yang sebagian ayatnya menjadi tafsir bagi ayat yang lain. Pada dasarnya al-Qur’an sendiri telah menjelaskannya namun tergantung para mufassir dalam mengartikan dan mengaitkan ayat-ayatnya. Selain itu, Muhammad Quraish Shihab menjelaskan bahwa tidak ada dua kata atau lebih yang berbeda kecuali pasti ada perbedaan maknanya.[2] Pada kesempatan kal ini, penulis akan mencoba menjabarkan tentang makna kata ‘takut’ (khauf dan khasyyah) dalam al-Qur’an.

II.  PEMBAHASAN
A.     Khauf
Khauf dalam al-Qur’an disebutkan sebanyak 124 kali dalam 36 bentuk dan 42 surat.[3] Kata khauf ditulis berbeda-beda pada tiap surat, antara lain: khafa, khafat, khafu, khiftu, khiftukum, khiftum, akhafu, takhafu dan lain-lain.[4] Khauf adalah rasa takut atau khawatir yang muncul terhadap sesuatu yang dapat mencelakakan, membahayakan ataupun mengganggu.[5] Khauf berhubungan dengan masalah yang berkaitan dengan kejadian yang akan datang, sebab seseorang hanya merasa takut jika apa yang dibenci tiba dan apa yang dicintai sirna, realita demikian hanya terjadi di masa depan. Jadi, perasaan takut yang demikian hanya bersifat praduga atau khawatir karena belum tentu apa yang ditakutkan tersebut bisa membahayakan dan terjadi pada seseorang. Perasaan tersebut akan membuat seseorang menjauh dari hal yang dia takuti tersebut.
Muhammad Quraish Shihab juga menjelaskan khauf dalam kitab tafsirnya: al-Misbah[6]. Menurutnya, khauf adalah keguncangan hati karena menduga akan adanya bahaya. Kata khauf banyak digunakan untuk menggambarkan adanya perasaan tentang bahaya yang dapat mengancam sehingga yang bersangkutan menagmbil langkah-langkah untuk menangkal atau menghindarinya. Salah satunya dijelaskan dalam Q.S. asy-Syuara’: 14 sebagai berikut:

ولهم علي ذنب فأخاف أن يقتلون
Artinya: “Dan aku berdosa terhadap mereka, maka aku takut mereka akan membunuhku”.

Dengan contoh di atas, adanya rasa khauf dari seseorang kepada musuh dengan ancaman dibunuh menandakan bahwa tidak ada kesiapan atas orang tersebut untuk mati. Ketidaksiapan bekal mati tersebut yang membuat mereka merasa khauf.
Contoh khauf pada ayat lain:

....ولا يحل لكم ان تأ خدو مما اتيتمو هن شيئا الا ان يخافا ألا يقيما حدودالله...

Artinya: “Tidak halal bagi kamu mengambil kembali sesuatu yang telah kamu berikan kepada mereka, kecuali keduanya (suami istri) khawatir tidak mampu menjalankan hukum-hukum Allah”. (Q.S. al-Baqarah:229).

       Setelah mengetahui makna khauf, maka objek apa dan siapa yang ditakuti ada bermacam-macam. Mulai dari Allah SWT, musuh, orang tertentu, perhitungan amal, siksaan dan lain-lain. Namun, al-Qur’an mengajarkan kepada penganutnya bahwa hakikatnya yang boleh ditakuti hanyalah Allah SWT, di samping itu juga takut untuk berbuat jelek atau melanggar.

Beberapa ayat al-Qur’an yang mencantumkan kata khauf:[7]
1.      Q.S. al-Baqarah: 229, yakhaafa
2.      Q.S. Hud: 26, akhaafu
3.      Q.S. Tahaa: 77, takhaafu
4.      Q.S. Shaad: 22, takhaf
5.      Q.S. al-Baqarah: 38, khaufun
6.      Q.S. al-Baqarah: 112, khaufun
7.      Q.S. al-Baqarah: 277, khaufun
8.      Q.S. an-Nur: 55, khaufihim
9.      Q.S. al-A’raf: 56, khaufaa
10.  Q.S. al-Baqarah: 155, khaufun

B.     Khasyyah
Khasyyah dalam al-Qur’an disebutkan dalam 48 surat, 22 bentuk.[8] Khasyyah adalah rasa takut yang tumbuh dari pengetahuan yang benar tentang Allah SWT, bukan sekedar khayalan semata. Khasyyah merupakan pengakuan yang jelas akan keagungan Sang Pencipta Yang Maha Mengetahui.[9] Jadi, hati yang khusyuk kepada Allah SWT sudah pasti akan terhindar dari ketakutan kepada Allah SWT. Hal tersebut akan mendorong manusia menuju rahmat Allah SWT. Tetapi hati yang takut kepada selain Allah SWT adalah bentuk ketakutan buruk yang tidak akan mendorong manusia ke sisi rahmat, sehingga tidak ada manfaat yang dapat diharapkannya.
Khasyyah lebih tinggi dan lebih khusus tingkatannya dari pada khauf, karena khasyyah diiringi dengan ma’rifatullah, sehingga akan menjadikan seseorang mendekat terhadap apa yang dia takuti. Sebagaimana firman Allah SWT:

إنما يخشى الله من عباده العلمؤا

Artinya: “Sesungguhnya yang takut kepada Allah SWT di antara hamba-hambaNya hanyalah  ulama”. (Q.S. Fathir: 28).
            Muhammad Quraish Shihab menafsirkan ayat di atas dengan mengutip pendapat Ibn ‘Asyur bahwa khasyyah pada ayat di atas disifatkan kepada ulama, karena mereka orang-orang yang mengetahui tentang Allah SWT dan syariat. Seberapa besar kadar pengetahuan tentang hal tersebut sebesar itu juga kadar kekuatan khasyyah setiap masing-masing orang. Contoh lain pada Q.S. al-Mulk: 12

إنالذين يخشون ربهم بالغيب لهم مغفرة واجر كبير

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang takut kepada Tuhannya yang tak terlihat oleh mereka, mereka memperoleh ampunan dan pahala yang besar”. (Q.S. al-Mulk: 12).

            Thaba’-thaba’i juga menulis bahwa mereka yang dapat merasakan khasyyah adalah orang yang mengenal Allah SWT, dengan nama-nama, sifat-sifat dan perbuatan-perbuatanNya. Pengenalan yang bersifat sempurna demikian, membuat hati menjadi tenang dan keraguan serta kegelisahan menjadi sirna.   

Beberapa ayat al-Qur’an yang mencantumkan kata khasyyah, antara lain:[10]
1.      Q.S. Yaasiin: 11, khasyiya
2.      Q.S. al-Bayyinah: 8, khasyiya
3.      Q.S. al-Ahzab: 37, takhsya
4.      Q.S. ‘Abasa: 9, yakhsya
5.      Q.S. al-A’la: 10, yakhysa
6.      Q.S. Fatir: 18, yakhsyauna
7.      Q.S. Ahzab: 39, yakhsyaunahu
8.      Q.S. al-Maidah: 44, takhsyau
9.      QS. Al-Baqarah: 150, takhsyauhum
10.  Q.S. Taha: 3, yakhsya
11.  Q.S. an-Nur: 52, yakhsya
12.  Q.S. al-Anbiya: 49, yakhsyauna
13.  Q.S. al-Mulk: 12, yakhsyauna
14.  Q.S. al-Maidah: 3, wakhsyauna
15.  Q.S. az-Zumar: 23, yakhsyauna

III.  KESIMPULAN
Khauf dan khasyah adalah dua kalimat dalam al-Qur’an yang pada dasarnya memiliki satu makna yakni takut. Namun pada hakikatnya khauf dan khasyah memiliki esensi yang berbeda. Khauf yakni perasaan khawatir terhadap hal yang masih praduga. Khauf bisa berarti takut kepada Allah dan selain Allah, namun alangkah baiknya khauf hanya kepada Allah SWT. Namun, perasaan khauf  membuat seseorang menjauhi akibat dari praduga yang dipikirkan. Sedangkan khasyah adalah perasaan takut jauh dari Allah SWT, sehingga seseorang yang khasyah akan berusaha untuk mendekatkan dirinya kepada Allah SWT.


[1] Nur Efendi, Studi al-Qur’an; Memahami Wahyu Allah SWT. Secara Lebih Integral dan Komprehensif, Yogyakarta: Teras, 2014, hlm. 1.
[2] M. Quraish Shihab, Kaidah Tafsir, Tangerang: Lentera Hati, 2015, hlm. 111.
[3] Erwin Kusumastuti, “Khauf dalam Al-Qur’an”, Skripsi diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2014, hlm. 2.
[4] Ibid.  
[5] Dolizal Putra, “Khauf, Khasyah dan Taqwa dalam Tafsir al-Misbah Karya Muhammad Quraish Shihab”, Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ushuludin dan Pemikiran Islam Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2017, hlm. 2.  
[6]  Tafsir al-Misbah, adalah sebuah kitab tafsir yang ditulis oleh M. Quraish Shihab dan berjumlah XV volume, serta mencakup keseluruhan isi al-Qur’an sebanyak 30 juz. Kitab al-Misbah pertama kali diterbitkan oleh Penerbit Lentera Hati, Jakarta pada tahun 2000 kemudian dicetak lagi untuk kedua kalinya pada tahun 2004. Dari ke-15 volume tersebut, diantaranya memiliki ketebalan yang berbeda-beda serta isi yang berbeda. Dalam penyajian uraian tafsirnya, Quraish Shihab menggunakan tartib mushafi yakni penafsiran al-Qur’an menggunakan urutan-urutan sesuai dengan susunan ayat-ayat dalam mushaf. Tafsir al-Misbah lebih condong kepada penafsiran bil ma’tsur dan coraknya adabi ijtima’i. Baca juga, M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah Kajian Atas Amtsal al-Qur’an, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012, hlm. 37-38.
[7] Muhammad Fu’ad Abdul Baqi, Al-Mu’jam al-Mufahras Li Alfadz al-Qur’an al-Kariim, hlm. 246-248.
[8] Ibid., hlm. 233-234.
[9]  Dolizal Putra, “Khauf, Khasyah dan Taqwa dalam Tafsir al-Misbah Karya Muhammad Quraish Shihab”, hlm. 4.
[10]  Muhammad Fu’ad Abdul Baqi, Al-Mu’jam al-Mufahras Li Alfadz al-Qur’an al-Kariim, hlm. 233-234.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar