I. PENDAHULUAN
Di dalam hidup
ini hampir setiap manusia selalu mempunyai perasaan bahagia, senang, sedih,
kecewa, merasa aman, merasa takut dan khawatir. Setiap orang yang melakukan
kesalahan atau perbuatan yang melanggar, biasanya akan merasa takut atau
khawatir apabila perbuatannya diketahui.
Mempelajari
isi al-Qur’an akan menambah perbendaharaan baru, memperluas pandangan dan
pengetahuan, meningkatkan perspektif baru dan selalu menemui hal-hal yang
selalu baru, karena al-Qur’an merupakan sumber ilmu dan khazanah pengetahuan
jika dikaji secara detail.[1]
Al-Qur’an adalah kalam ilahi yang sebagian ayatnya
menjadi tafsir bagi ayat yang lain. Pada dasarnya al-Qur’an sendiri telah
menjelaskannya namun tergantung para mufassir dalam mengartikan dan mengaitkan
ayat-ayatnya. Selain itu, Muhammad Quraish Shihab menjelaskan bahwa tidak ada
dua kata atau lebih yang berbeda kecuali pasti ada perbedaan maknanya.[2] Pada
kesempatan kal ini, penulis akan mencoba menjabarkan tentang makna kata ‘takut’
(khauf dan khasyyah) dalam al-Qur’an.
II. PEMBAHASAN
A. Khauf
Khauf dalam al-Qur’an disebutkan sebanyak 124 kali dalam 36 bentuk dan 42 surat.[3]
Kata khauf ditulis berbeda-beda pada tiap surat, antara lain: khafa,
khafat, khafu, khiftu, khiftukum, khiftum, akhafu, takhafu dan lain-lain.[4] Khauf
adalah rasa takut atau khawatir yang muncul terhadap sesuatu yang dapat
mencelakakan, membahayakan ataupun mengganggu.[5] Khauf
berhubungan dengan masalah yang berkaitan dengan kejadian yang akan datang,
sebab seseorang hanya merasa takut jika apa yang dibenci tiba dan apa yang
dicintai sirna, realita demikian hanya terjadi di masa depan. Jadi, perasaan
takut yang demikian hanya bersifat praduga atau khawatir karena belum tentu apa
yang ditakutkan tersebut bisa membahayakan dan terjadi pada seseorang. Perasaan
tersebut akan membuat seseorang menjauh dari hal yang dia takuti tersebut.
Muhammad Quraish Shihab
juga menjelaskan khauf dalam kitab tafsirnya: al-Misbah[6].
Menurutnya, khauf adalah keguncangan hati karena menduga akan adanya
bahaya. Kata khauf banyak digunakan untuk menggambarkan adanya perasaan
tentang bahaya yang dapat mengancam sehingga yang bersangkutan menagmbil
langkah-langkah untuk menangkal atau menghindarinya. Salah satunya dijelaskan
dalam Q.S. asy-Syuara’: 14 sebagai berikut:
ولهم علي ذنب
فأخاف أن يقتلون
Artinya: “Dan aku berdosa terhadap mereka, maka aku takut mereka akan
membunuhku”.
Dengan contoh di atas,
adanya rasa khauf dari seseorang kepada musuh dengan ancaman dibunuh
menandakan bahwa tidak ada kesiapan atas orang tersebut untuk mati.
Ketidaksiapan bekal mati tersebut yang membuat mereka merasa khauf.
Contoh khauf pada ayat lain:
....ولا يحل لكم ان تأ خدو مما
اتيتمو هن شيئا الا ان يخافا ألا يقيما حدودالله...
Artinya: “Tidak halal bagi kamu mengambil kembali sesuatu yang telah kamu
berikan kepada mereka, kecuali keduanya (suami istri) khawatir tidak mampu
menjalankan hukum-hukum Allah”. (Q.S. al-Baqarah:229).
Setelah mengetahui makna khauf,
maka objek apa dan siapa yang ditakuti ada bermacam-macam. Mulai dari Allah
SWT, musuh, orang tertentu, perhitungan amal, siksaan dan lain-lain. Namun,
al-Qur’an mengajarkan kepada penganutnya bahwa hakikatnya yang boleh ditakuti
hanyalah Allah SWT, di samping itu juga takut untuk berbuat jelek atau
melanggar.
1.
Q.S. al-Baqarah: 229, yakhaafa
2. Q.S. Hud: 26, akhaafu
3. Q.S. Tahaa: 77, takhaafu
4. Q.S. Shaad: 22, takhaf
5. Q.S. al-Baqarah: 38, khaufun
6. Q.S. al-Baqarah: 112, khaufun
7. Q.S. al-Baqarah: 277, khaufun
8. Q.S. an-Nur: 55, khaufihim
9. Q.S. al-A’raf: 56, khaufaa
10.
Q.S. al-Baqarah: 155, khaufun
B. Khasyyah
Khasyyah dalam al-Qur’an disebutkan dalam 48 surat, 22 bentuk.[8] Khasyyah
adalah rasa takut yang tumbuh dari pengetahuan yang benar tentang Allah
SWT, bukan sekedar khayalan semata. Khasyyah merupakan pengakuan yang
jelas akan keagungan Sang Pencipta Yang Maha Mengetahui.[9]
Jadi, hati yang khusyuk kepada Allah SWT sudah pasti akan terhindar dari
ketakutan kepada Allah SWT. Hal tersebut akan mendorong manusia menuju rahmat
Allah SWT. Tetapi hati yang takut kepada selain Allah SWT adalah bentuk
ketakutan buruk yang tidak akan mendorong manusia ke sisi rahmat, sehingga
tidak ada manfaat yang dapat diharapkannya.
Khasyyah lebih tinggi dan lebih khusus tingkatannya dari pada khauf, karena khasyyah
diiringi dengan ma’rifatullah, sehingga akan menjadikan seseorang mendekat
terhadap apa yang dia takuti. Sebagaimana firman Allah SWT:
إنما يخشى الله
من عباده العلمؤا
Artinya: “Sesungguhnya yang takut kepada Allah SWT di antara hamba-hambaNya
hanyalah ulama”. (Q.S. Fathir: 28).
Muhammad Quraish Shihab menafsirkan ayat di atas dengan
mengutip pendapat Ibn ‘Asyur bahwa khasyyah pada ayat di atas disifatkan
kepada ulama, karena mereka orang-orang yang mengetahui tentang Allah SWT dan
syariat. Seberapa besar kadar pengetahuan tentang hal tersebut sebesar itu juga
kadar kekuatan khasyyah setiap masing-masing orang. Contoh lain pada
Q.S. al-Mulk: 12
إنالذين يخشون
ربهم بالغيب لهم مغفرة واجر كبير
Artinya: “Sesungguhnya
orang-orang yang takut kepada Tuhannya yang tak terlihat oleh mereka, mereka
memperoleh ampunan dan pahala yang besar”. (Q.S. al-Mulk: 12).
Thaba’-thaba’i juga menulis bahwa mereka yang dapat
merasakan khasyyah adalah orang yang mengenal Allah SWT, dengan
nama-nama, sifat-sifat dan perbuatan-perbuatanNya. Pengenalan yang bersifat
sempurna demikian, membuat hati menjadi tenang dan keraguan serta kegelisahan
menjadi sirna.
Beberapa ayat al-Qur’an
yang mencantumkan kata khasyyah, antara lain:[10]
1.
Q.S. Yaasiin: 11, khasyiya
2. Q.S. al-Bayyinah: 8, khasyiya
3. Q.S. al-Ahzab: 37, takhsya
4. Q.S. ‘Abasa: 9, yakhsya
5. Q.S. al-A’la: 10, yakhysa
6. Q.S. Fatir: 18, yakhsyauna
7. Q.S. Ahzab: 39, yakhsyaunahu
8. Q.S. al-Maidah: 44, takhsyau
9. QS. Al-Baqarah: 150, takhsyauhum
10. Q.S. Taha: 3, yakhsya
11. Q.S. an-Nur: 52, yakhsya
12. Q.S. al-Anbiya: 49, yakhsyauna
13. Q.S. al-Mulk: 12, yakhsyauna
14. Q.S. al-Maidah: 3, wakhsyauna
15. Q.S. az-Zumar: 23, yakhsyauna
III. KESIMPULAN
Khauf dan khasyah adalah dua kalimat dalam al-Qur’an yang pada dasarnya
memiliki satu makna yakni takut. Namun pada hakikatnya khauf dan khasyah
memiliki esensi yang berbeda. Khauf yakni perasaan khawatir terhadap
hal yang masih praduga. Khauf bisa berarti takut kepada Allah dan selain
Allah, namun alangkah baiknya khauf hanya kepada Allah SWT. Namun,
perasaan khauf membuat seseorang
menjauhi akibat dari praduga yang dipikirkan. Sedangkan khasyah adalah
perasaan takut jauh dari Allah SWT, sehingga seseorang yang khasyah akan
berusaha untuk mendekatkan dirinya kepada Allah SWT.
[1] Nur Efendi, Studi al-Qur’an; Memahami Wahyu Allah SWT. Secara Lebih
Integral dan Komprehensif, Yogyakarta: Teras, 2014, hlm. 1.
[2] M. Quraish Shihab, Kaidah
Tafsir, Tangerang: Lentera Hati, 2015, hlm. 111.
[3] Erwin Kusumastuti, “Khauf
dalam Al-Qur’an”, Skripsi diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran
Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2014, hlm. 2.
[5] Dolizal
Putra, “Khauf, Khasyah dan Taqwa dalam Tafsir al-Misbah Karya Muhammad
Quraish Shihab”, Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ushuludin dan Pemikiran
Islam Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2017, hlm. 2.
[6] Tafsir al-Misbah, adalah sebuah kitab
tafsir yang ditulis oleh M. Quraish Shihab dan berjumlah XV volume, serta
mencakup keseluruhan isi al-Qur’an sebanyak 30 juz. Kitab al-Misbah pertama
kali diterbitkan oleh Penerbit Lentera Hati, Jakarta pada tahun 2000 kemudian
dicetak lagi untuk kedua kalinya pada tahun 2004. Dari ke-15 volume tersebut,
diantaranya memiliki ketebalan yang berbeda-beda serta isi yang berbeda. Dalam
penyajian uraian tafsirnya, Quraish Shihab menggunakan tartib mushafi yakni
penafsiran al-Qur’an menggunakan urutan-urutan sesuai dengan susunan ayat-ayat
dalam mushaf. Tafsir al-Misbah lebih condong kepada penafsiran bil
ma’tsur dan coraknya adabi ijtima’i. Baca juga, M. Quraish Shihab, Tafsir
al-Misbah Kajian Atas Amtsal al-Qur’an, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012,
hlm. 37-38.
[7] Muhammad Fu’ad Abdul
Baqi, Al-Mu’jam al-Mufahras Li Alfadz al-Qur’an al-Kariim, hlm. 246-248.
[9] Dolizal Putra, “Khauf,
Khasyah dan Taqwa dalam Tafsir al-Misbah Karya Muhammad Quraish Shihab”,
hlm. 4.
[10] Muhammad Fu’ad Abdul Baqi, Al-Mu’jam
al-Mufahras Li Alfadz al-Qur’an al-Kariim, hlm. 233-234.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar