gaulku gaulmu

Senin, 04 Januari 2016

cerpen#ghosob#bersambung

                Bulir-bulir keringat yang serupa dengan bongkahan batu mulai jatuh dengan sendirinya dari tubuh tambun pria itu . Nampaknya dia kelelahan dengan ekspedisinya selama ia tidur . Tanpa menghiraukan air hujan yang terus turun diluar sana, ia bergegas pergi ke luar kamar dengan lari pontang-panting seakan-akan ia belum menyelesaikan masalahnya di dalam mimpi . Ia terlambat mengikuti jamaah shalat shubuh .  Air hujan yang seakan-akan sedang murka pada manusia-manusia bumi , kini benar-benar mengeluarkan semua kapasitas air yang ia miliki ditemani petir dan halilintar. Tepat di turunan anak tangga ketiga, kakinya tak bisa diajak kompromi . Kakinya ingin mendahului badannya untuk turun . Akhirnya, “braaaakkk” ia terpeleset dan tersungkur ke tanah . Dan ia jatuh tepat di kaki seorang pria bertubuh tinggi besar yang kini benar-benar berdiri tegap diatasnya . Sesosok pria yang tak asing baginya, bagi seluruh santri di Pondok Pesantren An-Nur pada umumnya. Bapak Kyai Ahmad Fauzi . Tak salah lagi . Arul, pria yang sedang kurang beruntung pagi ini, jatuh tersungkur dihadapan kyainya sendiri .
                Lari mengelilingi lapangan dan membersihkan seluruh arena asrama pastinya sangat melelahkan . Apalagi dijalani seorang diri pada jam sebelas siang karena bertanggung jawab atas kesalahannya sendiri . Itu yang sedang Arul alami siang ini . Ta’ziran karena tidak mengikuti shalat subuh berjamaah harus ia jalani dengan lapang dada . “hai rul.. mengapa kau bisa kena ta’ziran ini? Kemana saja kau tadi subuh?” olok seorang teman padanya . Ia hanya bisa memlengoskan wajah dan memasang tampang tak suka . Setelah berjam-jam ia menyelesaikan tugasnya, akhirnya sampailah pada puncak penyelesaian . Semua telah berakhir . Dan ia amat bahagia .
                Adzan maghrib berkumandang, itu artinya semua santri wajib pergi ke mushola untuk mengerjakan jamaah shalat maghrib . Begitu pula dengan Arul . Ia tidak ingin memalukan dirinya sendiri layaknya tadi pagi . Dengan bersemangat, ia bergegas meninggalkan peraduannya untuk mendekatkan diri pada Sang Pemberi hidup . Namun, setelah sampai halaman koridor asramanya, ia tak melihat wajah cakep sandalnya disana . Tanpa pikir panjang, ia langsung saja memakai sandal orang lain tanpa ijin . “Nanti pasti tak kembaliin deh” batinnya . Kejadian seperti ini sudah sangat tenar dikalangan santri . Walau seharusnya perlakuan seperti itu tidak terus menerus dilakukan . Ghosob, ialah suatu perbuatan menghalalkan sesuatu yang belum tentu kehalalannya . Seperti halnya menggunakan barang orang lain namun dengan tujuan sekedar meminjam tanpa ijin, dan mempunyai niat baik untuk mengembalikannya kembali . Arul merupakan salah satu dari beribu-ribu santri di negri ini yang telah kecanduan mengghosob .

                Pelajaran di kelas telah dimulai . Dan ternyata hari ini ada jam tahfidz . Sialnya, Arul lupa tak membawa Al-Qur’annya . Namun Arul tak kebingungan . Ia langsung pergi ke kelas sebelah dan mengambil Al-Qur’an yang itu entah milik siapa . Dia memakainya tanpa beban, tanpa merasa bersalah pada siapa aja, mungkin karena memang itu sering ia lakukan .    

Tidak ada komentar :

Posting Komentar