Bulir-bulir
keringat yang serupa dengan bongkahan batu mulai jatuh dengan sendirinya dari
tubuh tambun pria itu . Nampaknya dia kelelahan dengan ekspedisinya selama ia
tidur . Tanpa menghiraukan air hujan yang terus turun diluar sana, ia bergegas
pergi ke luar kamar dengan lari pontang-panting seakan-akan ia belum
menyelesaikan masalahnya di dalam mimpi . Ia terlambat mengikuti jamaah shalat
shubuh . Air hujan yang seakan-akan
sedang murka pada manusia-manusia bumi , kini benar-benar mengeluarkan semua kapasitas
air yang ia miliki ditemani petir dan halilintar. Tepat di turunan anak tangga
ketiga, kakinya tak bisa diajak kompromi . Kakinya ingin mendahului badannya
untuk turun . Akhirnya, “braaaakkk” ia terpeleset dan tersungkur ke tanah . Dan
ia jatuh tepat di kaki seorang pria bertubuh tinggi besar yang kini benar-benar
berdiri tegap diatasnya . Sesosok pria yang tak asing baginya, bagi seluruh
santri di Pondok Pesantren An-Nur pada umumnya. Bapak Kyai Ahmad Fauzi . Tak
salah lagi . Arul, pria yang sedang kurang beruntung pagi ini, jatuh tersungkur
dihadapan kyainya sendiri .
Lari
mengelilingi lapangan dan membersihkan seluruh arena asrama pastinya sangat
melelahkan . Apalagi dijalani seorang diri pada jam sebelas siang karena
bertanggung jawab atas kesalahannya sendiri . Itu yang sedang Arul alami siang
ini . Ta’ziran karena tidak mengikuti shalat subuh berjamaah harus ia jalani
dengan lapang dada . “hai rul.. mengapa kau bisa kena ta’ziran ini? Kemana saja
kau tadi subuh?” olok seorang teman padanya . Ia hanya bisa memlengoskan wajah
dan memasang tampang tak suka . Setelah berjam-jam ia menyelesaikan tugasnya,
akhirnya sampailah pada puncak penyelesaian . Semua telah berakhir . Dan ia
amat bahagia .
Adzan
maghrib berkumandang, itu artinya semua santri wajib pergi ke mushola untuk
mengerjakan jamaah shalat maghrib . Begitu pula dengan Arul . Ia tidak ingin
memalukan dirinya sendiri layaknya tadi pagi . Dengan bersemangat, ia bergegas
meninggalkan peraduannya untuk mendekatkan diri pada Sang Pemberi hidup .
Namun, setelah sampai halaman koridor asramanya, ia tak melihat wajah cakep
sandalnya disana . Tanpa pikir panjang, ia langsung saja memakai sandal orang
lain tanpa ijin . “Nanti pasti tak kembaliin deh” batinnya . Kejadian seperti
ini sudah sangat tenar dikalangan santri . Walau seharusnya perlakuan seperti
itu tidak terus menerus dilakukan . Ghosob, ialah suatu perbuatan menghalalkan
sesuatu yang belum tentu kehalalannya . Seperti halnya menggunakan barang orang
lain namun dengan tujuan sekedar meminjam tanpa ijin, dan mempunyai niat baik
untuk mengembalikannya kembali . Arul merupakan salah satu dari beribu-ribu
santri di negri ini yang telah kecanduan mengghosob .
Pelajaran
di kelas telah dimulai . Dan ternyata hari ini ada jam tahfidz . Sialnya, Arul
lupa tak membawa Al-Qur’annya . Namun Arul tak kebingungan . Ia langsung pergi
ke kelas sebelah dan mengambil Al-Qur’an yang itu entah milik siapa . Dia
memakainya tanpa beban, tanpa merasa bersalah pada siapa aja, mungkin karena
memang itu sering ia lakukan .
Tidak ada komentar :
Posting Komentar