gaulku gaulmu

Senin, 04 Januari 2016

OPINI#berita

Kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan kembali menyelimuti wilayah Riau, khususnya Pekanbaru. Aroma menyengat hasil pembakaran hutan dan lahan gambut pun mulai mengganggu aktivitas warga. Dikemukakan oleh seorang dokter ahli bidangnya, bahwa udara yang bercampur asap tersebut apabila terlalu lama dihirup dapat mengakibatkan gangguan pernafasan, khususnya pada paru-paru, dan juga dapat mempengaruhi kerja otak. Terutama kelainanatau cacat otak pada bayi yang masih berada di dalam kandungan. Menurut BMKG kota Pekanbaru, kabut asap dapat menurunkan jarak pandang hingga terbatas antara 4000 hingga 5000 meter.
Seperti yang dijelaskan dalam redaksi Antara, dikatakan oleh Siti Nurbaya Bakar, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan bahwa penyebab utama terjadinya kebakaran tersebut bukanlah faktor alam, namun tak lain adalah ulah tangan manusia sendiri. Manusia rakus yang menginginkan pembukaan lahan seluas-luasnya hingga mengabaikan akibat dari semua yang telah dilakukan. BNPB mencatat luas kebakaran lahan di Sumatera dan Kalimantan pun terus bertambah. Hingga kini, bencana kabut asap yang melanda Riau belum bisa terselesaikan. Banyak faktor yang mempengaruhi sulitnya api untuk dipadamkan, antara lain karena wilayah yang terbakar sangat luas, kebakaran terjadi di lahan gambut, kekeringan membuat api sulit untuk dipadamkan, dan karena titik-titik api sulit dijangkau, selain itu fasilitas membatasi kita untuk bergerak. Sesungguhnya BNPB telah mengerahkan pesawatnya untuk memancing hujan, ribuan anggota TNI pun telah dikerahkan, kita juga telah mendapat banyak bantuan dari negara-negara tetengga, sekarang tinggal bagaimana yang di lapangan tetap aktif bergerak atau tidak.
             Kabut asap yang berasal dari kebakaran lahan gambut masih terus menyelimuti sejumlah daerah di Indonesia, dan juga negara tetangga, misal Thailand. Kini Pak Joko Widodo telah mencabut izin perusahaan-perusahaan yang mendapat izin pembakaran tersebut. Dalam situasi yang benar-benar sedang duka ini, tak disangka sama seklai, KPK menangkap Gubernur Riau, Anas Maamun, setelah dia menerima uang suap dari pengusaha sawit. Ternyata selama ini beliaulah yang memberikan izin kepada siapa saja yang akan membakar lahan. Apabila ada yang menentangnya, dia siap untuk memberingusnya. Kejadian semacam ini sebenarnya tak layak dilakukan oleh seorang pemimpin. Dia tahu bahwa rakyatnya dalam kesusuahan, justru malah dia sendiri yang membuat rakyatnya semakin terpuruk. Tak ada sedikitpun jiwa pemimpin yang tercermin dari perilakunya. Padahal sudah jelas-jelas dilarang memakan hak orang lain seperti firaman Allah  (Q. S. Ali Imran: 161).
Kini, rakyat Sumatra dan Kalimantan benar-benar membutuhkan uluran tangan dari semua pihak, terutama dari bapak presiden kita sendiri, Joko Widodo. Sesungguhnya para warga tak menginginkan banyak. Mereka hanya ingin pemerintah menyelesaikan kasus yang telah membuat ratusan ribu warga Sumatera terinfeksi saluran pernapasan. Mereka memohon agar pemerintah segera memberhentikan asap yang terus menerus mengganggu mereka. Apabila pemerintah tak dapat melakukannya, mereka hanya menginginkan pemerintah memberikan sokongan dana untuk berobat ke dokter karena infeksi saluran pernapasan dan penyakit yang lain tersebut.

Kabut asap yang tak kunjung berhenti ini bisa menjadi bencana yang amat parah dan mematikan di bumi pertiwi ini. Sejalan dengan perginya arah angin, lama kelamaan asap yang mulanya hanya di Sumatera, jika tidak segera dengan sigap ditanggulangi ini nantinya dapat merebah ke seluruh kawasan Indonesia. Seharusnya pemerintah lebih sigap lagi dan bekerja cepat tentang hal ini. Jangan sampai kasus kabut asap ini seperti halnya kasus lumpur lapindo yang hingga kini terus merebah keseluruh kawasan dan tak kunjung selesai.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar