Kabut asap
akibat kebakaran hutan dan lahan kembali menyelimuti wilayah Riau, khususnya
Pekanbaru. Aroma menyengat hasil pembakaran hutan dan lahan gambut pun mulai
mengganggu aktivitas warga. Dikemukakan oleh seorang dokter ahli bidangnya,
bahwa udara yang bercampur asap tersebut apabila terlalu lama dihirup dapat
mengakibatkan gangguan pernafasan, khususnya pada paru-paru, dan juga dapat
mempengaruhi kerja otak. Terutama kelainanatau cacat otak pada bayi yang masih
berada di dalam kandungan. Menurut BMKG kota Pekanbaru, kabut asap dapat
menurunkan jarak pandang hingga terbatas antara 4000 hingga 5000 meter.
Seperti
yang dijelaskan dalam redaksi Antara, dikatakan oleh Siti Nurbaya Bakar,
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan bahwa penyebab utama terjadinya
kebakaran tersebut bukanlah faktor alam, namun tak lain adalah ulah tangan
manusia sendiri. Manusia rakus yang menginginkan pembukaan lahan seluas-luasnya
hingga mengabaikan akibat dari semua yang telah dilakukan. BNPB mencatat luas
kebakaran lahan di Sumatera dan Kalimantan pun terus bertambah. Hingga kini,
bencana kabut asap yang melanda Riau belum bisa terselesaikan. Banyak faktor
yang mempengaruhi sulitnya api untuk dipadamkan, antara lain karena wilayah
yang terbakar sangat luas, kebakaran terjadi di lahan gambut, kekeringan
membuat api sulit untuk dipadamkan, dan karena titik-titik api sulit dijangkau,
selain itu fasilitas membatasi kita untuk bergerak. Sesungguhnya BNPB telah
mengerahkan pesawatnya untuk memancing hujan, ribuan anggota TNI pun telah dikerahkan,
kita juga telah mendapat banyak bantuan dari negara-negara tetengga, sekarang
tinggal bagaimana yang di lapangan tetap aktif bergerak atau tidak.
Kabut asap yang berasal dari kebakaran lahan
gambut masih terus menyelimuti sejumlah daerah di Indonesia, dan juga negara
tetangga, misal Thailand. Kini Pak Joko Widodo telah mencabut izin
perusahaan-perusahaan yang mendapat izin pembakaran tersebut. Dalam situasi
yang benar-benar sedang duka ini, tak disangka sama seklai, KPK menangkap
Gubernur Riau, Anas Maamun, setelah dia menerima uang suap dari pengusaha
sawit. Ternyata selama ini beliaulah yang memberikan izin kepada siapa saja
yang akan membakar lahan. Apabila ada yang menentangnya, dia siap untuk
memberingusnya. Kejadian semacam ini sebenarnya tak layak dilakukan oleh
seorang pemimpin. Dia tahu bahwa rakyatnya dalam kesusuahan, justru malah dia
sendiri yang membuat rakyatnya semakin terpuruk. Tak ada sedikitpun jiwa
pemimpin yang tercermin dari perilakunya. Padahal sudah jelas-jelas dilarang memakan
hak orang lain seperti firaman Allah (Q.
S. Ali Imran: 161).
Kini,
rakyat Sumatra dan Kalimantan benar-benar membutuhkan uluran tangan dari semua
pihak, terutama dari bapak presiden kita sendiri, Joko Widodo. Sesungguhnya
para warga tak menginginkan banyak. Mereka hanya ingin pemerintah menyelesaikan
kasus yang telah membuat ratusan ribu warga Sumatera terinfeksi saluran
pernapasan. Mereka memohon agar pemerintah segera memberhentikan asap yang
terus menerus mengganggu mereka. Apabila pemerintah tak dapat melakukannya,
mereka hanya menginginkan pemerintah memberikan sokongan dana untuk berobat ke
dokter karena infeksi saluran pernapasan dan penyakit yang lain tersebut.
Kabut
asap yang tak kunjung berhenti ini bisa menjadi bencana yang amat parah dan
mematikan di bumi pertiwi ini. Sejalan dengan perginya arah angin, lama
kelamaan asap yang mulanya hanya di Sumatera, jika tidak segera dengan sigap
ditanggulangi ini nantinya dapat merebah ke seluruh kawasan Indonesia. Seharusnya
pemerintah lebih sigap lagi dan bekerja cepat tentang hal ini. Jangan sampai
kasus kabut asap ini seperti halnya kasus lumpur lapindo yang hingga kini terus
merebah keseluruh kawasan dan tak kunjung selesai.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar