gaulku gaulmu

Senin, 18 September 2017

Perang Salib

Sejarah Timbulnya Perang Salib
            Pengertian Perang Salib adalah gerakan umat Kristen di Eropa yang memerangi umat Islam di Plaestina secara berulang sejak abad ke-11 hingga abad ke-13 dengan tujuan merebut tanah suci Jerusalem dari umat Islam, sekaligus mendirikan gereja dan kerajaan-kerajaan Latin-Kristen di wilayah timur. Perang Salib atau disebut dengan The Crussades War adalah serangkaian perang agama selama 2 abad sebagai reaksi Kristen Eropa terhadap Islam Asia. Penyebab terjadinya perang tersebut salah satunya yakni karena sejumlah kota dan tempat suci Kristen diduduki Islam sejak tahun 632 antara lain yaitu Suriah, Asia Kecil, Spanyol dan Sicilia. Militer Kristen menggunakan salib sebagai tanda bahwa perang tersebut seci dan bertujuan untuk membebaskan kota suci Baitul Maqdis (Jerusalem) dari orang-orang Islam. Maka dari itu perang tersebut dinamakan perang Salib.
            Meskipun namanya Perang Salib, namun perang tersebut sejatinya bukan perang agama, namun perang perebutan kekuasaan daerah. Sebab terjadinya perang Salib yang lain yaitu karena kemenangan Alp Arselen (penguasa Islam yang memimpin gerakan ekspansi pada peristiwa Manzikart) pada tahun 1071 M yang berhasil mengalahkan tentara Romawi yang berjumlah 200000 orang hanya dengan pasukannya yang berjumlah 15000 orang. Peristiwa tersebut memunculkan benih permusuhan dan kebencian umat Kristen terhadap Islam hingga terjadinya perang Salib. Kebencian umat Krosten semakin bertambah ketika Dinasti Saljuk bisa merebut Baitul Maqdis dari kekuasaan Dinasti Fatimiyah yang berkedudukan di Mesir kemudian Dinasti Saljuk menetapkan beberapa peraturan bagi umat Kristen yang ingin berziarah ke sana. Menurut orang Kristen peraturan tersebut menyulitkan mereka. Situasi dan latar belakang terjadinya perang Salib dapat dicermati dari situasi Eropa dan Timur Tengah.




Situasi Eropa
            Terdapat beberapa faktor yang memberikan dukungan masyarakat serta situasi di Eropa kepada keberlangsungan Perang Salib.  Faktor yang pertama yaitu perkembangan yang terjadi di Eropa Barat pada abad pertengahan sekaligus menurunnya Kekaisaran Byzantium di dunia Timur yang disebabkan oleh serangan muslim Turki. Selain itu yakni pecahnya Kekaisaran Carolingian pada akhir abad ke-9 serta terjadinya kelas petarung bersenjata bertengkar satu sama lain dan meneror penduduk setempat (Bangsa Viking, Slavia dan Magyar).
            Faktor kedua yaitu pada tahun 1063, Paus Alexander II memberi restu kepausan kaum Kristen Iberia untuk memerangi kaum muslim. Pus memberikan restu kepausan standar sekaligus pengampunan bagi siapa pun yang terbunuh dalam pertempuran tersebut. Maka, permintaan Kekaisaran Byzantium yang terancam oleh ekspansi kaum muslim Saljuk menjadi perhatian semua orang di Eropa yang terjadi pada tahun 1074. Setelah seseorang memberikan sumpah sucinya, dia akan menerima sebuah salib dari Paus atau wakilnya dan pada saat itu juga dia dinisbatkan sebagai tentara gereja. Kondisi tersebut semakin diperkuat oleh propaganda keagamaan tentang perang untuk keadilan demi mengambil kembali tanah suci Jerusalem. Penebusan dosa menjadi satu faktor penunjang yang sangat berpengaruh dikarenakan kebanyakan dari mereka percaya bahwa dengan mereka ikut merebut lagi kota Jerusalem, maka mereka akan masuk surga.  Sesuai perjanjian sang Paus yang berkuasa pada saat itu yakni jika seseorang gugur saat bertempur untuk Jerusalem, maka berlaulah penebusan dosa. Jika seseornag sampai di Jerusalem, ia akan dibebaskan dari dosa-dosanya sebelum Perang Salib, oleh karena itu, dia bida masuk neraka jika melakukan dosa setelah Perang Salib.

Situasi Timur Tengah
            Keberadaan kaum muslim di Tanah Suci yakni ditinjau sejak penaklukan bangsa Arab terhadap Palestina dari tangan Kekaisaran Byzantium pada abad ke-7. Keadaan tersebut tidak terlalu berpengaruh terhadap Perang Salib. Faktor lain yang mempengaruhi yakni pada tahun 1009, khalifah Bani Fatimiyah yaitu Al-Hakim bin Amr Allah memerintahkan penghancuran Gereja Makam Kudus (Chruch of The Holy Sepulchre). Pada saat itu mulai banyak kaum Kristen tidak terima. Namun, penerusnya membolehkan Kekaisaran Byzantium untuk membangun gereja kembali sekaligus mempersilahkan para peziarah untuk berziarah di tempat tersebut lagi. Akan tetapi, banyak berita yang beredar di dunia Barat tentang kekejaman kaum muslim terhadap para peziarah Kristen. Berita yang diperoleh dari para peziarah yang pulang akhirnya berperan penting dalam perkembangan Perang Salib pada akhir abad tersebut.
            Selain faktor kebencian kaum Barat terhadap umat muslim, faktor lainnya yakni dari umat muslim sendiri. Ketidakbersatuan para penguasa muslim termasuk salah satu faktor yang penting bagi kelancaran kaum Kristen dalam melakukan ekspedisi. Mereka tidka mengenal hal lain selain bertempur, sebab mereka mengimani kalimat Paus bahwa mati saat Perang Salib akan masuk surga.

Faktor-Faktor Penyebab Perang Salib
            Terdapaat beberapa faktor utama penyebab terjadinya Perang Salib yang sebagian telah dipaparkan di atas, antara lain:
1.      Permintaan Kaisar Byzantium, yaitu Alexius Conneus pada tahun 1095 kepada Kaisar dari Pomawi yaitu Paus Urbanus II, karena daerah-daerah yang tersebar hingga pesisir Laut Marmora “dibinasakan” oleh Bani Saljuk.
2.      Isi pidato yang disampaikan oleh Paus Urban pada 26 November 1095 di Clermont, bagian tenggara Perancis yang memerintahkan orang-orang Kristen supaya memasuki lingkungan Makam Suci lantas merebutnya dan mengembalikan kepada mereka.
3.      Faktor sosial ekonomi, yakni para pedagang besar yang berada di pantai timur Laut Tengah berambisi menguasai sejumlah kota dagang di sepanjang pantai timur dan selatan Lut Tengah guna memperluas jaringan perdagangan mereka.
4.      Jaminan masuk surga jika mengikuti Perang Salib seperti yang diterangkan oleh Paus.

Dampak Perang Salib
            Adapun dampak dari terjadinya Perang Salib antara lain:
1.      Terjadinya pertukaran ilmu pengetahuan antara Kristen dengan Islam.
2.      Menurunkan tingkat kepercayaan umat Kristen terhadap gereja Katolik serta kepausan.
3.      Kastil-kastil di Eropa mulai menggunakan batu-batuan besar dan tebal seperti yang digunakan di Timur.
4.      Jalan yang digunakan dalam Perang Salib mengalami perkembangan.
5.      Islam cenderung menarik diri dari dunia politik dan puncaknya saat kekhalifahan Turki tumbang dengan drastis pada tahun 1924.
6.      Adanya persekutuan yang tidak lazim seperti persekutuan antara kekuatan tentara salib dengan Kesultanan Rum yang muslim dalam Perang Salib.

Peninggalan Perang Salib
            Peninggalan Perang Salib terdapat pada banyak bidang, antara lain pada bidang politik dan budaya, perdagangan, dunia Islam, komunitas Yahudi dan pegunungan Kaukasus.
1.      Politik dan Budaya
Perang Salib sangat mempengaruhi Eropa pada abad pertengahan. Walaupun Benua Eropa sudah bersinggungan dengan budaya Islam selama berabad-abad melalui hubungan antara Semenanjung Iberia dengan Sicilia, banyak ilmu pengetahuan di bidang-bidang sains, pengobatan dan arsitektur yang diserap Barat dari dunia Islam.
Selain itu, pengalaman militer Perang Salib juga berpengaruh di Eropa, yaitu kastil-kastil di Eropa mulai menggunakan bahan dari batu-batuan yang tebal dan besar, sebagaimana yang dibuat di dunia Timur (tidak lagi menggunakan bahan kayu seperti sebelumnya).
Tentara salib juga dianggap sebagai pembawa budaya Eropa ke dunia, terutama Asia. Bersama dengan perdagangan, penemuan-penemuan dan penciptaan-penciptaan sains baru mencapai Timur dan Barat. Kemajuan Bangsa Arab termasuk perkembangan aljabar, lensa dan lain sebagainya juga mencapai Barat dan menambah laju perkembangan di universitas-universitas Eropa yang  kemudian mengarahkan  kepada masa Renaissance pada abad berikutnya.
2.      Perdagangan
Sebagian besar jalan yang tidak pernah digunakan sejak masa pendudukan Romawi menagalami peningkatan dan perluasan, lantaran para pedagang berniat untuk mengembangkan usaha. Dengan adanya hal tersbeut maka banyak barang dari Timur masuk ke Eropa yang sejatinya sangat sulit ditemukan dan mahal, antara lain yaitu rempah-rempah, gading, batu-batu mulia, jeruk,apel dan hasil tanaman Asia lainnya.



3.      Dunia Islam
Pada dunia Islam justru terdapat dampak buruk, Islam menjadi sangat sensitif dan defensif semenjak adanya Perang Salib dikarenakan mereka beranggapan bahwa Perang Salib sebagai pembantaian yang kejam oleh kaum Kristen Eropa.
4.      Komunitas Yahudi
Dampak Perang Salib bagi kaum Yahudi yakni kaum Yahudi mendapat banyak kebencian. Posisi sosial Bangsa Yahudi di Eropa Barat semakin merosot. Sehingga melancarkan langkah legalisasi anti-Yahudi oleh Paus Innocent III sekaligus membentuk titik balik anti-Semit pada Abad Pertengahan.
5.      Pegunungan Kaukasus
Terdapat komunitas keturunan dari tentara salid di pegunungan Kaukasus di Georgia  di Dataran Tinggi Khevsureti yang terpencil yang disebut dengan suku Khevsurs. Mereka dianggap sebagai keturunan tentara salib dikarenakan peninggalan berupa baju perang, persenjataan dan baju rantai masih digunakan dan terus diturunkan dalam komunitas tersebut.

Kondisi Pasca Perang Salib
            Setelah terjadinya Perang Salib menimbulkan bekas gelombang semangat suci yang diekspresikan dengan pembantaian terhadap orang-orang Yahudi dan perlakuan kasar terhadap Kristen Ortodoks Timur. Kekerasan terhadap Kristen Ortodoks berpuncak pada penjarahan kota Konstantinopel pad atahun 1024 dan seluruh kekuatan tentara salib ikut serta. Selama terjadinya pembantaian terhadap ornag Yahudi, pendeta lokal dan orang-orang Kristen berupaya melindungi orang-orang Yahudi dari tentara salib yang melintas. Akhirnya, tentara salib dibubarkan oleh Napoleon Bonaparte pada tahun 1798.

Kesimpulan

            Perang Salib pada dasarnya adalah perang perebutan wilayah yakni Jerusalem. Bukan perang agama meskipun mengatas namakan salib. Dengan adanya Perang Salib banyak mendatangkan dampak positif maupun negatif terhadap bangsa Eropa sendiri maupun pada dunia Timur. 

Tidak ada komentar :

Posting Komentar