Sejarah Timbulnya Perang
Salib
Pengertian
Perang Salib adalah gerakan umat Kristen di Eropa yang memerangi umat Islam di
Plaestina secara berulang sejak abad ke-11 hingga abad ke-13 dengan tujuan
merebut tanah suci Jerusalem dari umat Islam, sekaligus mendirikan gereja dan
kerajaan-kerajaan Latin-Kristen di wilayah timur. Perang Salib atau disebut
dengan The Crussades War adalah serangkaian perang agama selama 2 abad
sebagai reaksi Kristen Eropa terhadap Islam Asia. Penyebab terjadinya perang
tersebut salah satunya yakni karena sejumlah kota dan tempat suci Kristen
diduduki Islam sejak tahun 632 antara lain yaitu Suriah, Asia Kecil, Spanyol
dan Sicilia. Militer Kristen menggunakan salib sebagai tanda bahwa perang
tersebut seci dan bertujuan untuk membebaskan kota suci Baitul Maqdis
(Jerusalem) dari orang-orang Islam. Maka dari itu perang tersebut dinamakan
perang Salib.
Meskipun namanya Perang Salib, namun perang
tersebut sejatinya bukan perang agama, namun perang perebutan kekuasaan daerah.
Sebab terjadinya perang Salib yang lain yaitu karena kemenangan Alp Arselen
(penguasa Islam yang memimpin gerakan ekspansi pada peristiwa Manzikart) pada
tahun 1071 M yang berhasil mengalahkan tentara Romawi yang berjumlah 200000
orang hanya dengan pasukannya yang berjumlah 15000 orang. Peristiwa tersebut
memunculkan benih permusuhan dan kebencian umat Kristen terhadap Islam hingga
terjadinya perang Salib. Kebencian umat Krosten semakin bertambah ketika
Dinasti Saljuk bisa merebut Baitul Maqdis dari kekuasaan Dinasti Fatimiyah yang
berkedudukan di Mesir kemudian Dinasti Saljuk menetapkan beberapa peraturan
bagi umat Kristen yang ingin berziarah ke sana. Menurut orang Kristen peraturan
tersebut menyulitkan mereka. Situasi dan latar belakang terjadinya perang Salib
dapat dicermati dari situasi Eropa dan Timur Tengah.
Situasi Eropa
Terdapat beberapa faktor yang memberikan dukungan
masyarakat serta situasi di Eropa kepada keberlangsungan Perang Salib. Faktor yang pertama yaitu perkembangan yang
terjadi di Eropa Barat pada abad pertengahan sekaligus menurunnya Kekaisaran
Byzantium di dunia Timur yang disebabkan oleh serangan muslim Turki. Selain itu
yakni pecahnya Kekaisaran Carolingian pada akhir abad ke-9 serta terjadinya
kelas petarung bersenjata bertengkar satu sama lain dan meneror penduduk
setempat (Bangsa Viking, Slavia dan Magyar).
Faktor kedua yaitu pada tahun 1063, Paus Alexander II
memberi restu kepausan kaum Kristen Iberia untuk memerangi kaum muslim. Pus
memberikan restu kepausan standar sekaligus pengampunan bagi siapa pun yang
terbunuh dalam pertempuran tersebut. Maka, permintaan Kekaisaran Byzantium yang
terancam oleh ekspansi kaum muslim Saljuk menjadi perhatian semua orang di
Eropa yang terjadi pada tahun 1074. Setelah seseorang memberikan sumpah
sucinya, dia akan menerima sebuah salib dari Paus atau wakilnya dan pada saat
itu juga dia dinisbatkan sebagai tentara gereja. Kondisi tersebut semakin diperkuat
oleh propaganda keagamaan tentang perang untuk keadilan demi mengambil kembali
tanah suci Jerusalem. Penebusan dosa menjadi satu faktor penunjang yang sangat
berpengaruh dikarenakan kebanyakan dari mereka percaya bahwa dengan mereka ikut
merebut lagi kota Jerusalem, maka mereka akan masuk surga. Sesuai perjanjian sang Paus yang berkuasa pada
saat itu yakni jika seseorang gugur saat bertempur untuk Jerusalem, maka
berlaulah penebusan dosa. Jika seseornag sampai di Jerusalem, ia akan
dibebaskan dari dosa-dosanya sebelum Perang Salib, oleh karena itu, dia bida
masuk neraka jika melakukan dosa setelah Perang Salib.
Situasi Timur Tengah
Keberadaan
kaum muslim di Tanah Suci yakni ditinjau sejak penaklukan bangsa Arab terhadap
Palestina dari tangan Kekaisaran Byzantium pada abad ke-7. Keadaan tersebut
tidak terlalu berpengaruh terhadap Perang Salib. Faktor lain yang mempengaruhi
yakni pada tahun 1009, khalifah Bani Fatimiyah yaitu Al-Hakim bin Amr Allah
memerintahkan penghancuran Gereja Makam Kudus (Chruch of The Holy Sepulchre).
Pada saat itu mulai banyak kaum Kristen tidak terima. Namun, penerusnya
membolehkan Kekaisaran Byzantium untuk membangun gereja kembali sekaligus
mempersilahkan para peziarah untuk berziarah di tempat tersebut lagi. Akan
tetapi, banyak berita yang beredar di dunia Barat tentang kekejaman kaum muslim
terhadap para peziarah Kristen. Berita yang diperoleh dari para peziarah yang
pulang akhirnya berperan penting dalam perkembangan Perang Salib pada akhir
abad tersebut.
Selain faktor kebencian kaum Barat terhadap umat muslim,
faktor lainnya yakni dari umat muslim sendiri. Ketidakbersatuan para penguasa
muslim termasuk salah satu faktor yang penting bagi kelancaran kaum Kristen
dalam melakukan ekspedisi. Mereka tidka mengenal hal lain selain bertempur,
sebab mereka mengimani kalimat Paus bahwa mati saat Perang Salib akan masuk
surga.
Faktor-Faktor Penyebab
Perang Salib
Terdapaat beberapa faktor utama penyebab terjadinya
Perang Salib yang sebagian telah dipaparkan di atas, antara lain:
1.
Permintaan Kaisar Byzantium, yaitu Alexius Conneus pada tahun 1095 kepada
Kaisar dari Pomawi yaitu Paus Urbanus II, karena daerah-daerah yang tersebar
hingga pesisir Laut Marmora “dibinasakan” oleh Bani Saljuk.
2. Isi pidato yang
disampaikan oleh Paus Urban pada 26 November 1095 di Clermont, bagian tenggara
Perancis yang memerintahkan orang-orang Kristen supaya memasuki lingkungan
Makam Suci lantas merebutnya dan mengembalikan kepada mereka.
3. Faktor sosial ekonomi,
yakni para pedagang besar yang berada di pantai timur Laut Tengah berambisi
menguasai sejumlah kota dagang di sepanjang pantai timur dan selatan Lut Tengah
guna memperluas jaringan perdagangan mereka.
4.
Jaminan masuk surga jika mengikuti Perang Salib seperti yang diterangkan
oleh Paus.
Dampak Perang Salib
Adapun dampak
dari terjadinya Perang Salib antara lain:
1.
Terjadinya pertukaran ilmu pengetahuan antara Kristen dengan Islam.
2. Menurunkan tingkat
kepercayaan umat Kristen terhadap gereja Katolik serta kepausan.
3. Kastil-kastil di Eropa
mulai menggunakan batu-batuan besar dan tebal seperti yang digunakan di Timur.
4. Jalan yang digunakan
dalam Perang Salib mengalami perkembangan.
5. Islam cenderung menarik
diri dari dunia politik dan puncaknya saat kekhalifahan Turki tumbang dengan
drastis pada tahun 1924.
6.
Adanya persekutuan yang tidak lazim seperti persekutuan antara kekuatan
tentara salib dengan Kesultanan Rum yang muslim dalam Perang Salib.
Peninggalan Perang Salib
Peninggalan Perang Salib terdapat pada banyak bidang,
antara lain pada bidang politik dan budaya, perdagangan, dunia Islam, komunitas
Yahudi dan pegunungan Kaukasus.
1. Politik dan Budaya
Perang Salib
sangat mempengaruhi Eropa pada abad pertengahan. Walaupun Benua Eropa sudah
bersinggungan dengan budaya Islam selama berabad-abad melalui hubungan antara
Semenanjung Iberia dengan Sicilia, banyak ilmu pengetahuan di bidang-bidang
sains, pengobatan dan arsitektur yang diserap Barat dari dunia Islam.
Selain itu,
pengalaman militer Perang Salib juga berpengaruh di Eropa, yaitu kastil-kastil
di Eropa mulai menggunakan bahan dari batu-batuan yang tebal dan besar,
sebagaimana yang dibuat di dunia Timur (tidak lagi menggunakan bahan kayu
seperti sebelumnya).
Tentara salib
juga dianggap sebagai pembawa budaya Eropa ke dunia, terutama Asia. Bersama
dengan perdagangan, penemuan-penemuan dan penciptaan-penciptaan sains baru
mencapai Timur dan Barat. Kemajuan Bangsa Arab termasuk perkembangan aljabar,
lensa dan lain sebagainya juga mencapai Barat dan menambah laju perkembangan di
universitas-universitas Eropa yang
kemudian mengarahkan kepada masa
Renaissance pada abad berikutnya.
2. Perdagangan
Sebagian besar
jalan yang tidak pernah digunakan sejak masa pendudukan Romawi menagalami
peningkatan dan perluasan, lantaran para pedagang berniat untuk mengembangkan
usaha. Dengan adanya hal tersbeut maka banyak barang dari Timur masuk ke Eropa
yang sejatinya sangat sulit ditemukan dan mahal, antara lain yaitu
rempah-rempah, gading, batu-batu mulia, jeruk,apel dan hasil tanaman Asia
lainnya.
3. Dunia Islam
Pada dunia
Islam justru terdapat dampak buruk, Islam menjadi sangat sensitif dan defensif
semenjak adanya Perang Salib dikarenakan mereka beranggapan bahwa Perang Salib sebagai
pembantaian yang kejam oleh kaum Kristen Eropa.
4. Komunitas Yahudi
Dampak Perang
Salib bagi kaum Yahudi yakni kaum Yahudi mendapat banyak kebencian. Posisi
sosial Bangsa Yahudi di Eropa Barat semakin merosot. Sehingga melancarkan
langkah legalisasi anti-Yahudi oleh Paus Innocent III sekaligus membentuk titik
balik anti-Semit pada Abad Pertengahan.
5. Pegunungan Kaukasus
Terdapat
komunitas keturunan dari tentara salid di pegunungan Kaukasus di Georgia di Dataran Tinggi Khevsureti yang terpencil
yang disebut dengan suku Khevsurs. Mereka dianggap sebagai keturunan tentara
salib dikarenakan peninggalan berupa baju perang, persenjataan dan baju rantai
masih digunakan dan terus diturunkan dalam komunitas tersebut.
Kondisi Pasca Perang
Salib
Setelah terjadinya
Perang Salib menimbulkan bekas gelombang semangat suci yang diekspresikan
dengan pembantaian terhadap orang-orang Yahudi dan perlakuan kasar terhadap
Kristen Ortodoks Timur. Kekerasan terhadap Kristen Ortodoks berpuncak pada
penjarahan kota Konstantinopel pad atahun 1024 dan seluruh kekuatan tentara
salib ikut serta. Selama terjadinya pembantaian terhadap ornag Yahudi, pendeta
lokal dan orang-orang Kristen berupaya melindungi orang-orang Yahudi dari
tentara salib yang melintas. Akhirnya, tentara salib dibubarkan oleh Napoleon
Bonaparte pada tahun 1798.
Kesimpulan
Perang Salib pada dasarnya adalah perang perebutan
wilayah yakni Jerusalem. Bukan perang agama meskipun mengatas namakan salib.
Dengan adanya Perang Salib banyak mendatangkan dampak positif maupun negatif
terhadap bangsa Eropa sendiri maupun pada dunia Timur.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar