gaulku gaulmu

Senin, 03 Oktober 2016

Teknologi Kekinian Pondokku

Kita semua telah sama-sama mengetahui betapa pentingnya teknologi dalam kehidupan kita. Banyak orang awam yang masih saja melabeli pesantren dengan kekumuhan atau lingkungan yang kotor, dan tak sedikit yang menganggap para santri hanya bisa membaca al-Qur'an dan membaca kitab saja.
Jam selalu berputar, waktu kian berlalu, dan hari berganti setiap hari. Anggapan semacam itu seharusnya sudah tak pantas lagi dilabelkan kepada para santri Indonesia. Indonesia cerdas, begitu juga para santrinya.
Di salah satu pondok di daerah Sleman Yogyakarta, kini telah ditemukan suatu sistem yang di dalamnya berfungsi sebagai pendataan santri. Karena santri di pondok tersebut amat banyak, maka akan kesusahan sebagai pengurusnya untuk selalu mengupdate kegiatan santri dan juga perijinan santri.
Pondok tersebut begitu luas, dan memiliki ribuan santri. Santri di pondok tersebut dikelompokkan berdasarkan tingkat kelas di madrasah. Mereka akan ditempatkan di komplek masing-masing.
Terdapat lima komplek di pondok pesantren tersebut. Namun yang akan menjadi pembahasan yakni salah satu komplek saja.
Komplek tersebut biasa disebut dengan nama "komplek 3". Di komplek 3 terdapat dua macam, yakni komplek 3 putra dan putri.
Di sini tempat ditemukannya sistem tersebut. Salah satu santriwan dari pondok tersebut menemukan suatu sistem menggunakan coding, yakni dapat digunakan sebagai sistem perijinan online. Dikarenakan banyaknya pengurus di pondok pesantren tersebut, maka sistem tersebut dibuat online, sehingga setiap personal pengurus dapat mengaksesnya.
Sistem tersebut digunakan antara lain untuk:

  1. Mengetahui data santri secara lengkap
  2. Mengetahui siapa saja yang telah ijin da juga mengijinkan santri, baik keluar pondok ataupun pulang ke rumah.
  3. Mengakses informasi mengenai santri bermasalah.
  4. Sebagai salah satu wadah media komunikasi antar pengurus.
  5. Memudahkan sistem keorganisasian pesantren dikarenakan antara pondok putra dan putri terpisah.
Di atas beberapa manfaat keberadaan dan ditemukan serta dibuatnya sistem tersebut. Selain praktis, sistem tersebut memang sangat memudahkan pengurus dalam mengakses santri, sehingga santri yang keluar tanpa ijin alias kabur dapat ditemukan dengan mudah. 
Seperti yang kita ketahui bersama, teknologi di Indonesia semakin meningkat dan semakin canggih. KIta sebagai warga negara Indonesia harusnya dapat memanfaatkan semua fasilitas yang ada dengan sebaik-baiknya. Jangan sampai keberadaan teknologi yang semakin mendunia dan semakin canggih justru merusak moral warga Indonesia dan hanya menimbulkan madzotot bagi penggunanya. Tak selamanya teknologi, terutama internet dapat menghambat pemikiran positif kita.
Warga Indonesia pasti akan lebih berkembanng dan maju dengan adanya teknologi, jika semua warganya menggunakan teknologi dengan sebaik-baiknya. 

Senin, 26 September 2016

TEMAN

Teman. Mungkin satu kata yang sangat sederhana. Satu kata yang mungkin penuh makna. *eh
Suatu hubungan indah dimana seseorang akan merasa nyaman dengan keberadaan seorang temannya itu..😁
Pertemanan kadang bersifat bullshit.
Tapi indah. ☺

Dimanapun, siapapun, dan kapanpun, setiap manusia di dunia pasti membutuhkan orang lain.
Bukan hanya untuk saling menyusahkan, namun saling memperbaiki dan berbuat baik bersama.. Tersenyum bersama..bahkan tertawa bersama...😄

Tidak butuh kekayaan, ketenaran atau apalah..yang penting bisa saling menjaga perasaan temannya dan tau..mana yang harus dilakukan bersama dilakukan sendiri dan bahkan apa yang tidak seharusnya dilakukan. Karena, pertemanan itu indah..dimana kita akan tertawa dan kadang menangis pun bersama..
I luv yu all 😍😍😄

Minggu, 25 September 2016

makalah Islam Normatif Historis

Islam Normatif dan Historis
Oleh:
Isniyatul Khumayah (15010225)
Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir
Sekolah Tinggi Agama Islam Sunan Pandanaran

Abstrak
Islam merupakan agama yang suci yang turun dari Allah SWT lewat Jibril, diberikan kepada Nabi Muhammad SAW dan bersamaan dengan wahyu kitab suci al-Qur’an. Islam merupakan agama yang tunggal, namun Islam tunggal tersebut mengalami dinamika perkembangan di dalam diri manusia dan masyarakat. Dengan akalnya, manusia mempunyai pandangan dan cara pengamalan agama Islam masing-masing. Aneka cara pengamalan agama Islam dalam kehidupan sehari-hari antara lain yaitu akulturasi antara agama Islam itu sendiri dengan kebudayaan atau praktik keagamaan yang biasa dilakukan oleh masyarakat. Aneka cara pengamalan di atas antara lain terbagi menjadi dua, yaitu Islam Normatif dan Islam Historis. Kata normatif secara bahasa yakni bermakna norma, ajaran atau acuan. Sedangkan historis secara bahasa biasa diartikan dengan sejarah. Islam Normatif yakni Islam yang murni dari Tuhan dan lebih mengacu kepada al-Qur’an dan al-Hadits, sedangkan Islam Historis yakni Islam yang lebih mengacu kepada kehidupan sehari-hari dalam masyarakat. Islam merupakan agama yang suci yang turun dari Allah SWT lewat Jibril, diberikan kepada Nabi Muhammad SAW dan bersamaan dengan wahyu kitab suci al-Qur’an. Islam merupakan agama yang tunggal, namun Islam tunggal tersebut mengalami dinamika perkembangan di dalam diri manusia dan masyarakat. Dengan akalnya, manusia mempunyai pandangan dan cara pengamalan agama Islam masing-masing. Aneka cara pengamalan agama Islam dalam kehidupan sehari-hari antara lain yaitu akulturasi antara agama Islam itu sendiri dengan kebudayaan atau praktik keagamaan yang biasa dilakukan oleh masyarakat. Aneka cara pengamalan di atas antara lain terbagi menjadi dua, yaitu Islam Normatif dan Islam Historis. Kata normatif secara bahasa yakni bermakna norma, ajaran atau acuan. Sedangkan historis secara bahasa biasa diartikan dengan sejarah. Islam Normatif yakni Islam yang murni dari Tuhan dan lebih mengacu kepada al-Qur’an dan al-Hadits, sedangkan Islam Historis yakni Islam yang lebih mengacu kepada praktek beribadah dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Hubungan antara agama dan juga kebudayaan dapat mengakibatkan terjadinya akulturasi dan juga asimilasi

Kata kunci: Islam, Normatif, Historis, Akulturasi, Asimilasi


Pendahuluan
Pembahasan mengenai Islam dan budaya lokal kiranya sangatlah penting untuk dipelajari bagi perkembangan Islam dan umat Islam di masa mendatang. Islam diturunkan sebagai agama pedoman bagi seluruh umat yang menganutnya. Islam juga merupakan agama penyelamat, yakni Islam merupakan agama yang ingin membawa umatnya  kepada jalan keselamatan dan jalan kebahagiaan dari dunia sampai akhirat.
            Oleh sebab itu, ajaran agama Islam mencakup segala aspek kehidupan manusia di dunia, baik jasmani maupun rohani. Dengan mengamalkan ajaran Islam dengan baik, umat Islam diharapkan mampu saksikan berbagai macam cara pengamalan agama Islam dalam kehidupan sehari-hari, antara lain yakni bisa pula melalui kebudayaan. Dalam konteks seperti inilah akan muncul istilah Islam Normatif (Islam yang murni datang dari Allah) dan Islam Historis (Islam yang dipikirkan dan yang dipraktikan orang yang terpengaruh oleh ruang dan waktu). Namun sebelumnya ada baiknya kita akan membahas dahulu mengenai definisi serta sejarah dan perkembangna Islam dan hubungan antara agama dan kebudayaan.

Hubungan antara Agama dan Kebudayaan
Dalam hal ini, pengertian agama yang dipakai yakni agama yang bersifat empiris, karena untuk memahami agama dalam konteks kebudayaan sangat dibutuhkan pandangan Islam empiris maupun Islam historis.[1] Agama memang mengalami perubahan-perubahan, tetapi yang berubah adalah tradisi-tradisi keagamaan dan sistem keyakinan keagamaan, sedangkan doktrin dan teks agama itu sendiri tidak berubah sebagaimana yang ada dalam kitab suci al-Qur’an.[2]
            Sedangkan kebudayaan itu sendiri yakni seperangkat pengetahuan, kepercayaan, moral, hukum adat istiadat, kesenian dan kemampuan-kemampuan lain serta kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat.[3] Nampak adanya unsur-unsur yang sama antara agama dan kebudayaan. Petunjuk agama yakni bersumber dari Tuhan, sedangkan petunjuk kebudayaan dari kesepakatan manusia. Maka para ahli antropologi mengklasifikasi agama masuk dalam kategori budaya.[4] Hubungan agama dan kebudayaan dapat digambarkan sebagai hubungan yang berlangsung secara timbal balik. Agama merupakan produk dari pemahaman dan pengamalan masyarakat berdasarkan kebudayaan yang telah dimilikinya. Sedangkan kebudayaan selalu berubah mengikuti agama yang diyakini oleh masyarakat.
            Hubungan antara agama dan kebudayaan secara ringkas dapat menyebabkan terjadinya  akulturasi dan juga asimilasi, akulturasi yakni peleburan antara dua kebudayaan yang memunculkan kebudayaan baru akan tetapi kebudayaan yang lama tetap ada, sedangkan asimilasi yakni peleburan antara dua  kebudayaan yang memunculkan kebudayaan baru namun menghilangkan kebudayaan yang sebelumnya.
            Amin Abdullah mendeskripsikan kondisi tata nilai masyarakat Arab adalah polytheisme, nepotisme, dan tribal aristocracy serta seperangkat nilai pendukung yang sudah tidak lagi cocok untuk dipertahankan. Nilai-nilai tersebut sudah terlalu keropos sehingga membawa pengaruh yang tidak sehat bagi kehidupan masyarakat. Perubahan budaya dan tradisi akhirnya pun terjadi.[5] Pengolahan tradisi masyarakat menjadi tradisi Islam. Menurut Ali Sodiqin, proses tersebut dilakukan dengan berbagai cara yakni melalui proses adopsi, adaptasi dan juga integrasi.[6]

Islam Normatif
            Kata normatif berasal dari bahasa inggris norm yang berarti norma, ajaran, acuan, ketentuan tentang masalah yang baik maupun yang buruk, yang boleh dilakukan maupun yang tidak boleh dilakukan. Selain itu, kata norma juga berarti ukuran untuk menentukan sesuatu. Islam normatif adalah Islam sebagai wahyu. Islam normatif yakni Islam yang benar, yang sejati, yang ideal, seperti yang dikehendaki oleh Allah SWT.[7] Islam yang benar tersebut terdapat dalam kedua pedoman dalam beragama Islam yakni al-Qur’an dan Hadits. Meskipun hadits berasal dari Nabi Muhammad SAW, yakni seorang manusia, namun hadits termasuk ke dalam Islam normatif, karena segala yang berasal dari Nabi adalah kebenaran dan menjadi pegangan bagi setiap ummatnya.
Berbagai bidang kehidupan manusia semuanya diatur dengan lengkap oleh kitab suci Islam, yang disertai jalinan dari Allah SWT bahwa Islam akan menjadi jalan kebaikan. Islam diturunkan oleh Allah SWT untuk segenap umat manusia di dunia, dan juga bagi siapapun yang tidak mau menerimanya, maka Allah SWT akan menjadikannya orang-orang yang rugi. Tertera dalam firmanNya Q.S Ali Imran ayat 85 yakni berisi “barang siapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi”.[8] Segala macam bidang, baik sosial, ekonomi, politik, dan berbagai bidang kehidupan manusia yang lain semuanya diatur oleh Islam, yang kemudian diselaraskan dengan hubungan antara manusia dengan Tuhannya yakni Allah SWT.
            Pendekatan dan pemahaman terhadap fenomena keberagaman yang bercorak normatif dan historis tidak selalu sejalan. Luasnya ajaran Islam yang meliputi seluruh bidang kehidupan dan kebutuhan umat manusia menjadikan pentingnya pembidangan aspek ajaran Islam sebagai bahan kajian. Secara umum, para ulama membagi ajaran Islam menjadi tiga aspek, yaitu aqidah, syariah, dan muamalah (akhlak). Pembidangan tersebut identik dengan isi yang terkandung pada sebuah hadits Nabi SAW yang menjelaskan bahwa tiga hal penting yang diperintahkan oleh ajaran agama, yaitu Iman, Islam, dan Ihsan. Sebenarnya secara normatif pembidangan tersebut terlalu sempit untuk mewadahi keseluruhan ajaran Islam seperti yang terkandung di dalam kitab suci al-Qur’an maupun al-Hadits.[9]
            Aspek formal dari aqidah adalah Ibadah dan Muamalah. Aturan-aturan tentang kedua hal itu disebut dengan istilah syariat. Ibadah merupakan sebuah amalan yang diajarkan oleh Islam sebagai bentuk formal hubungan antara manusia dengan Allah SWT. Ajaran pokok dari aspek formal ibadah ini dikenal sebagai rukun Islam. Di samping aspek ibadah yang mengatur hubungan antara manusia dan Allah SWT, Islam juga mengatur hubungan antara sesama umat manusia. Hubungan antara manusia ini yang disbut dengan muamalah.[10]
            Selain diatur secara formal, Islam juga mengajarkan aspek tingkah laku yang muncul dari dalam diri manusia demi kemanfaatan tingkah lakunya dalam menjalani kehidupan bersama antar sesama umat Islam, sesama manusia dan alam semesta. Sikap dan perbuatan yang berpusat dalam diri manusia (sanubari) disebut dengan istilah akhlak. Akhlak lebih mirip dengan istilah moral, meski hakekat keduanya berbeda. Moral berasal dari bahasa latin yang lebih bermakna sebagai tingkah laku atau perbuatan lahiriyah yang berfungsi secara material dalam kehidupannya. Sedangkan akhlak lebih dekat kepada perbuatan suci yang berasal dari lubuk hati manusia. Akhlak Islam merupakan suatu sikap mental dan tingkah laku yang luhur. Ia mempunyai hubungan dengan Allah SWT dan merupakan hasil dari keyakinan atas kekuasaan dan keesaan Allah SWT.[11] Kebenaran Islam sebagai agama samawi secara eksplisit banyak dimuat dalam kitab suci al-Qur’an, beberapa ayat yang menyatakan hal tersebut antaranya yakni terdapat dalam Q.S. Ali Imran ayat 19, Q.S. Ali Imran ayat 20 dan Q.S. Ali Imran ayat 102.[12]
            Salah satu contoh Islam normatif menurut penulis antara lain yakni Islam di pesantren, karena saat berada di pesantren, semua santri tidak akan terpengaruh oleh Islam yang berbau historis ataupun yang biasanya dipraktekkan di masyarakat pada umumnya. Selama berada di dalam pondok pesantren, semua kegiatan keagamaan akan dilandaskan pada dua pokok landasan yang telah dijlaskan dalam Islam normatif, yakni al-Qur’an dan Hadits, yakni tidak terkontaminasi dari pemikiran luar. Metode yang diterapkan pesantren pada prinsipnya mengikuti selera Kiai, yang dituangkan dalam kebijakan-kebijakan pendidikannya. Dari prespektif metodik, pesantren terpolarisasikan menjadi tiga kelompok, antara lain: kelompok pesantren yang hanya menggunakan metode yang bersifat tradisional dalam mengajarkan kitab-kitab klasik, kelompok pesantren yang hanya menggunakan metode-metode hasil penyesuaian dengan metode yang dikembangkan pendidikan formal dan  kelompok pesantren yang menggunakan metode-metode yang bersifat tradisional dan mengadakan penyesuaian dengan metode pendidikan yang dipakai dalam lembaga pendidikan formal.[13]

Islam Historis
            Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), kata historis yakni berkenaan dengan sejarah sehingga berhubungan dengan masa lampau. Istilah sejarah sendiri mempunyai banyak arti, salah satunya menurut Ibnu Khaldun yakni, sejarah adalah menunjuk pada peristiwa-peristiwa yang istimewa atau penting pada waktu tertentu.[14] Jika Islam nomatif adalah Islam yang asli atau murni dari Allah SWT dan bersumber atau berlandaskan dengan kitab suci al-Quran ataupun hadits, maka Islam historis yakni Islam yang tidak murni dari Allah SWT, yakni Islam yang senyatanya terjadi di masyarakat. Islam historis adalah Islam yang tidak bisa dilepaskan dari kesejarahan dan kehidupan manusia yang berada dalam ruang dan waktu. Islam historis yakni Islam yang terangkai dengan konteks kehidupan pemeluknya walaupun aslinya sama dengan Islam normatif yakni berada di bawah realitas ke Tuhanan.
            Islam historis juga dapat disebut sebagai Islam empiris, karena mengacu pada Islam yang nyata-nyata terjadi dan yang dapat diamati oleh masyarakat. Karena bersifat empiris dan kontekstual, Islam historis yang nyata-nyata diamalkan oleh masyarakat tidak muncul dengan cara tiba-tiba, melainkan ada konteks yang melatarbelakangi.[15] Salah atau benarnya pengalaman dari seseorang juga tergantung pengalaman ajaran Islam seseorang tersebut berdasarkan ruang dan waktu. Maka sangat tidak adil jika seseorang melihat praktik agama orang lain yang mungkin berbeda dengan praktik agama yang dia kerjakan namun langsung menghakimi bahwa praktik yang orang lain kerjakan tersebut adalah salah. Praktik-praktik yang tidak sepenuhnya bersumber dari al-Qur’an dan hadits atau sesuai dengan kegiatan ataupun kebudayaan yang banyak terjadi di lingkungan masyarakat banyak ditemukan dalam kebudayaan Islam Jawa.
            Dalam tradisi Islam Jawa, setiap kali terjadi perubahan siklus kehidupan manusia, rata-rata mereka mengadakan ritual selamatan, atau wilujengan (memohon keselamatan dan kebahagiaan dalam hidup), dengan memakai berbagai benda-benda makanan sebagai simbol atas diri manusia dengan Allah SWT.[16]
            Salah satu contohnya adalah budaya kenduri dan selamatan sebagai sedekah. Sebagian kalangan muslim Jawa memiliki tradisi mengadakan kenduri dan juga selamatan, sebagai bukti dan bentuk apresiasi atas semangat bersedekah dari ajaran Islam. Kenduri selamatan dalam budaya orang Islam Jawa memiliki arti penting dan menjadi bagian yang tidak terpisah dari sistem religi orang Jawa. Undangan biasanya bersifat bebas, dan biasanya pada umumnya dilaksanakan pada malam hari. Selain acara kenduri, masih banyak lagi praktik kebudayaan Islam Jawa yang sering dilaksanakan oleh masyarakat Jawa itu sendiri, antara lain tumpeng rasul dan merayakan acara-acara lain.[17]

Pengelompokan Islam Normatif dan Historis
            Pengelompokkan Islam normatif dan Islam historis menurut Nasr Hamid Abu Zaid dibagi ke dalam tiga kelompok, antara lain yaitu:
a.       Wilayah teks asli Islam yaitu al-Qur’an dan sunnah Nabi Muhammad SAW yang asli.
b.      Pemikiran Islam merupakan ragam menafsirkan terhadap teks asli Islam (al-Qur’an dan sunnah Nabi Muhammad SAW). Dapat pula disebut hasil ijtihad terhadap teks asli Islam, seperti tafsir dan fikih.
c.       Praktek yang dilakukan kaum muslim, misalnya praktek sholat muslim di Pakistan yang tidak meletakkan tangan di dada, yang kedua yakni praktek duduk miring ketika tahiyat akhir bagi muslim Indonesia sementara muslim di tempat atau negara lain tidak melakukannya.
Selain Nasr Hamid, ada pula Abdullah Saed, Ia pun menyebut tiga tingkatan, yakni:
a.       Kepercayaan
b.      Penafsiran terhadap nilai-nilai dasar
c.       Praktek berdasarkan nilai-nilai dasar di atas.[18]

Kesimpulan
            Terdapat dua cara pengamalan dalam agama Islam, yakni yang disebut dengan Islam Normatif dan Islam Historis. Terdapat sedikit perbedaan di antara keduanya. Islam Normatif yakni Islam yang murni, yang berasal dari Allah SWT yang bersumber hanya kepada dua sumber, yakni al-Qur’an dan al-Hadits. Sedangkan Islam Historis, yaitu Islam yang senyatanya terjadi di masyarakat. Islam historis adalah Islam yang tidak bisa dilepaskan dari kesejarahan dan kehidupan manusia yang berada dalam ruang dan waktu. Islam historis yakni Islam yang terangkai dengan konteks kehidupan pemeluknya walaupun aslinya sama dengan Islam normatif yakni berada di bawah realitas ke Tuhanan.







Daftar Pustaka

https://www.academia.edu/5070883/Makalah_for_study_Islam

Khadziq, Islam dan Budaya Lokal Belajar Memahami Realitas Agama dalam Masyarakat, Yogyakarta: Teras, 2009.

Khoiro Ummatin, Sejarah Islam dan Budaya Lokal Kearifan Islam Atas Tradisi Masyarakat, Yogyakarta: Kalimedia, 2015.

Muhammad Sholikhin, Ritual dan Tradisi Islam Jawa, Jakarta: PT. Suka Buku, 2010.

Mujamil Qomar, Pesantren dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi Institusi, Jakarta: Erlangga, 2002.

Mundzirin, Islam Budaya Lokal, Yogyakarta: Pokja Akademik UIN Sunan
Kalijaga, 2005.




[1] Mundzirin, Islam Budaya Lokal, Yogyakarta: Pokja Akademik UIN Sunan Kalijaga, 2005, hal. 11.
[2] Mundzirin, Islam Budaya Lokal, hal. 14.
[3] Ibid.
[4] Ibid., hal. 15.
[5] Khoiro Ummatin, Sejarah Islam dan Budaya Lokal Kearifan Islam Atas Tradisi Masyarakat, Yogyakarta: Kalimedia, 2015, hal. 43.
[6] Khoiro Ummatin, Sejarah Islam dan Budaya Lokal Kearifan Islam Atas Tradisi Masyarakat,hal. 5.
[7] Khadziq, Islam dan Budaya Lokal Belajar Memahami Realitas Agama dalam Masyarakat, Yogyakarta: Teras, 2009, hal. 2.
[8] Ibid., hal. 3.
[9] Mundzirin, Islam Budaya Lokal, hal. 54.
[10] Khadziq, Islam dan Budaya Lokal Belajar Memahami Realitas Agama dalam Masyarakat, hal. 5.
[11] Ibid.
[12] Khadziq, Islam dan Budaya Lokal Belajar Memahami Realitas Agama dalam Masyarakat, hal. 5.
[13] Mujamil Qomar, Pesantren dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi Institusi, Jakarta: Erlangga, 2002, hal. 13.
[14] Khoiro Ummatin, Sejarah Islam dan Budaya Lokal Kearifan Islam Atas Tradisi Masyarakat, hal. 8.
[15] Khadziq, Islam dan Budaya Lokal Belajar Memahami Realitas Agama dalam Masyarakat, hal. 11.
[16] Muhammad Sholikhin, Ritual dan Tradisi Islam Jawa, Jakarta: PT. Suka Buku, 2010, hal.  49.
[17] Muhammad Sholikhin, Ritual dan Tradisi Islam Jawa, hal. 61.
[18] https://www.academia.edu/5070883/Makalah_for_study_Islam

Jumat, 12 Agustus 2016

dear..

                                                                                                                        Jum'at, 11 Agustus 2016

Terkadang bingung dengan semua yang entah muncul memang sudah direncanakan oleh Tuhan atau ini hanya sekedar kesengajaan yang tak berujung. Kisah di dunia ini tidaklah berujung dengan jelas, begitu pula dengan mulanya..
Kamu. Orang baru yang datang ke dalam kehidupanku. Kehidupan cintaku tentunya. Awalnya tak sedikitpun aku ingin meneruskan perkenalan ini. Karena saat itu aku beranggapan bahwa cinta yang sesungguhnya yakni hadir atas kehendak kita sendiri tanpa ada orang dibelakang kita. Sejenak aku ingin mengakhiri entah drama atau apalah ini..
Sungguh takk ada sedikitpun dorongan dari diriku sendiri untuk meneruskan perkenalan ini, perkenalan yang sudah termasuk ke dalam kata serius. Mengapa? karena perkenalan kita tidaklah hanya sekedar saling bertukar emoticon love atau sebatas janji para anak muda saat bercinta.. Tidak!!
Tak segan-segan seperti itu saja, namun perkenalan kita sudah pula menyangkut kedua orang tua kita. Bukan hanya orang tuaku.. namun orang tuanya juga.
Kita hanya saling sapa melalui media sosial yakni BBM. Selain itu kadang telepon atau semacamnya. Kita belum pernah bertemu sekedar bertatap muka. Aku memang bukan tipe cewek yang terlalu memikirkan penampilan seseorang, entah dia akan ganteng atau tidak saat aku ketemu nanti, itu urusan belakangan bagiku.. Yang penting aku nyaman dan ia bisa melindungiku.
Bukan permintaan yang susah bukan? karena  penampilan itu mudah untuk dirubah.. Haha. tidak usah bingung, dimana mana sudah dibuka salon dan juga cabang-cabangnya.wkwk. (kidding)
Perkenalan tidak jelas ini terus berlanjut. Perkenlan tanpa wujud. Hingga akhirnya lebaran Idul Fitri datang, dimana kami bisa saling bertemu. Selang beberapa hari perayaan Idul Fitri berlalu, nampak seorang laki-laki ditemani dengan salah satu keluarganya, bibinya katanya, datang ke rumah. Mulai sejak itulah kita lebih kenal lagi..
Perkenalan dan komunikasi secara intens terus berlanjut.
Aneh sebenarnya, awalnya aku tak menyukai sama sekali perkenalan di zaman modern dengan cara seperti ini, tapi entah, dia bisa membuatku merasa terlindungi dan nyaman, mungkin memang karena umurnya yang lebih dewasa dari aku. Semenjak itu hubungan kita semakin dekat, entah akan sampai kapan.
Yang jelas jalani dulu aja semuanya. Selama masih bisa berjalan dengan baik.
Mengapa demikian? Aku sudah besar sekarang, tak ingin laah lagi-lagi berpacaran yang hanya cinta monyet.

Senin, 18 Januari 2016

essay-HikingTaddaburAlam

Pada hakekatnya, hiking adalah berjalan kaki di alam terbuka yang dapat dilakukan oleh siapa saja. Baik anak-anak, remaja, dewasa, ataupun orang tua. Hiking juga dapat dilakukan oleh perorangan ataupun kelompok. Sebenarnya perkataan hiking sendiri berasal dari kata kerja dalam bahasa inggris, yakni to hike, yang berarti berjalan kaki atau berbaris jauh untuk tujuan kesenangan atau latihan (gerak badan). Memang arti dari to hike sendiri sangatlah luas.
Namun kita mengambil pengertian tidak berhenti sampai di situ. Jika kita hanya mengambil arti hiking dari kata kerja to hike, maka akan banyak sekali cabang dari olah raga dan kegiatan fisik lain yang mencakup arti dari kata to hike tersebut. Misalkan seorang pekerja yang tidak memiliki kendaraan dan harus pulang pergi dengan berjalan kaki, seorang yang mempunyai kegiatan setiap paginya olahraga berjalan-jalan 1 sampai 3 kilo meter, ataupun misal seorang penjual cilok yang harus berjalan menjajakan dagangannya setiap hari dengan jarak yang amat jauh. Tetapi pada kenyataannya menunjukkan bahwa hiking adalah suatu perjalanan kaki yang mengandung unsur permainan, petualangan dan romantika kehidupan, bukan hanya sekedar berjalan kaki atau berbaris jauh seperti asal arti kata dasarnya.
Pada zaman sekarang malah arti hiking bukanlah lagi perjalanan menggunakan kaki saja. Ada pengertian ganjil masuk bahwasannya hiking bukanlah sekedar perjalanan kaki, karena arti berjalan jauh menggunakan kaki kini tidak dapat dipertahankan lagi. Mengapa demikian?. Karena kini seorang heker atau orang yang berhiking bolehlah menggunakan fasilitas yang dapat membantu perjalanannya. Misal, sepeda, kuda, perahu, atau bahkan seorang heker bisa menumpang kendaraan kepada orang lain secara beranting. Sehingga arti kata hiking lebih tepat disebut perjalanan penjelajahan dan bukan perjalanan kaki atau berbaris menempuh jarak yang jauh seperti arti kata semula.
            Misalnya di Madrasah Aliyah Sunan Pandanaran, kegiatan hiking selalu dilaksanakan setiap awal tahun. Kegiatan biasa di lakukan dalam satu hari dari jam tujuh pagi hingga jam empat sore. Jika dijelaskan rincian kegiatan yang dilaksanakan amatlah panjang. Dan tentu lagi-lagi arti kata to hike, tak memenuhi dan tak lagi bisa digunakan sebagai pedoman arti kata hiking pada masa sekarang, utamanya di Madrasah Aliyah Sunan Pandanaran. Di dalam acara hiking ini, pertama kali adalah anak-anak diantar menuju lokasi menggunakan bus atau biasanya menggunakan truk. Setelah semua anak-anak dibawa ke lokasi, dimulailah perjalanan yang amat melelahkan tersebut. Semua anak wajib berjalan belasan kilo meter untuk sampai pada puncaknya. Yang dimaksud puncak di sini bukanlah puncak selayaknya puncak gunung, namun yang dimaksud ialah puncak dari acara yang akan dilaksanakan di suatu tempat yang telah ditentukan. Memang biasanya arena cenderung naik, sehingga tenaga yang dibutuhkan anak-anak memang lebih. Mereka dibagi menjadi berpuluh-puluh kelompok. Dari kelas satu yang masih belum kenal hiking ala Madrasah Aliyah Sunan Pandanaran, hingga mereka anak-anak kelas tiga Aliyah yang sudah amat hafal dengan rutinitas tersebut dan bahkan akan mengakhirinya pada tahun ini juga. Sehingga rasa kebersamaan benar-benar terwujud di dalamnya, karena mereka harus mempersiapkan yel-yel dan segala macamnya secara bersama-sama.
Berbicara mengenai kebersamaan membuat penulis ingat akan sebuah ayat Al-Qur’an tentang kebersamaan. Ayat tersebut ada pada Q.S.Ali Imran ayat 103. Yang artinya “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah SWT, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah SWT kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah SWT mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah SWT orang-orang yang bersaudara, dan kamu telah berada di depan tepi jurang menuju neraka, lalu Allah SWT menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah SWT menerangkan ayat-ayatnya padamu, agar kamu mendapat petunjuk”. (Q.S ‘Ali Imran: 103).
Tafsir dari ayat di atas sendiri penulis dapatkan dari melihat di internet dikarenakan penulis masih belum menemukan buku tafsir yang cocok. Inti dari tafsirannya tak lain bahwasannya Allah SWT dahulu telah melihat betapa susah hidup kita di zaman jahiliyah, dan oleh karena itu Allah SWT mendamaikan kita para hambanya dari ketidaksenangan dan kesenjangan tersebut sehingga kini kita  semua saling melengkapi dan hidup berdampingan bersama. Oleh karena itu, kita harus saling menjaga tali persaudaraan tersebut dengan benar. Karena memang sangat diperlukannya sebuah kebersamaan, Allah SWT menjelaskan lagi dalam firmannya Al-Qur’an surat Al-An’am ayat 153, yang isinya:
و ان هذا صراطي مستقيما فاتبعوه ولا تتبعوا السبل فتفرق بكم عن سبيله ذلكم وصاكم به لعلكم تتقون     
            Dalam hiking ini, meskipun tidak melewati atau mendaki gunung, kita masih dapat menyaksikan kemegahan dan keindahan dari gunung tersebut. Sesuai sekali dengan pendapat Valentyno Kairupan tentang keindahan dari gunung. Dan Ia menuangkan pernyataannya pada sebuah puisi yang berjudul “Keindahan Gunung”. Tidak hanya berbicara tentang gunung, masih banyak keindahan alam yang lainnya. Terutama di negri kita yang tercinta ini. Banyak sekali pesona alam yang masih terawat. Terutama di bumi Indonesia bagian timur. Di Papua dan sekitarnya, masih banyak sekali tersimpan pesona alam. Mulai dari pegunungan, gunung-gunung, laut, sungai-sungai besar dan panorama alam menakjubkan lainnya. Sebagai rasa bersyukur dan kebanggaannya terhadap tanah Indonesia dan negeri Indonesia, Ronny Maharianto menuangkannya ke dalam sebuah puisi dengan judulnya “Indahnya Alam Negeri Ini”. Puisi tersebut benar-benar menggambarkan tentang keindahan negeri Indonesia. Dan juga anjuran agar kita menjaganya dengan baik. Isi puisi tersebut adalah sebagai berikut.

TAMAN DI TENGAH PULAU KARANG
Karya: Taufik Ismail
1963
Di tengah Manhattan menjelang musim gugur
Dalam kepungan rimba baja, pucuknya dalam awan
Engkau terlalu bersendiri dengan danau kecilmu 
Dan perlahan melepas hijau daunan 
Bebangku panjang dan hitam, lusuh dan retak
Seorang lelaki tua duduk menyebar 
Remah roti. Sementara itu berkelepak
Burung-burung merpati 
Di lingir Manhattan bergelegar pengorek karang 
Merpati pun kaget beterbangan 
Suara mekanik dan racun rimba baja 
Menjajarkan pohon-pohon duka 
Musim panas terengah melepas napas 
Pepohonan meratapinya dengan geletar ranting 
Orang tua itu berkemas dan tersaruk pergi 
Badai pun memutar daunan dalam kerucut 
Makin meninggi.

Di dalam perjalanan yang amat panjang dan melelahkan itu, mereka juga melewati banyak permainan di dalamnya. Antara lain merayap di tanah, berjalan melewati air-air, dan masih banyak lagi permainan yang lain. Sekitar jam dua belas siang, mereka mendapat sebungkus nasi sayur dan minuman mineral. Dilanjutkn mandi dan shalat dzuhur. Setelah semua selesai, mereka berkumpul di lapangan untuk melaksanakan acara pentas seni, yakni di dalamnya terdapat tarian-tarian, drama, nyanyi, dn masih banyak lagi karya yang mereka tampilkan. Acara ini merupakan penghujung acara dan disebut sebagai acara penggembira bagi anak-anak. Karena dalam acara ini mereka dapat bersenang-senang dan menyalurkan bakatnya. Kekereativan mereka benar-benar tersalurkan. Sekitar dua jam acara pentas seninya berakhir. Jam empat mereka mulai masuk bus dan diantar pilang ke pondok. Sampainya di pondok mereka diperkenankan mandi dan shalat ashar kemudian melaksanakan kegiatan seperti biasanya kembali. Jadi, arti kata to hike di atas, benar-benar sudah tidak sesuai dengan pelaksanaan hiking jaman sekarang. Banyaknya anggota dan padatnya jalanan yang akan dilalui menghambat pelaksanaan hiking dengan cara benar-benar berjalan kaki dari tempat semula. Sehingga, hiking di sini penulis artikan sebagai perjalanan jauh, entah berjalan kaki atau menggunakan kendaraan dengan tujuan mensyukuri nikmat Tuhan dan menjaga serta melatih kebugaran tubuh. Yang jelas artinya tak lagi hanya sekedar berjalan jauh menggunakan kaki.
Kata tadabbur yang penulis temukan dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) ialah berarti merenungkan. Apabila dijekaskan akan melebar sampai makna mensyukuri nikmat-nikmat dari Allah SWT. Dalam pembahasan ini, penulis lebih mengartikan tadabbur dengan arti mensyukuri dan menikmati nikmat-nikmat yang kita terima dari Allah SWT, baik untuk kita sendiri ataupun nikmat alam yang dapat kita lihat ataupun kita rasakan. Nikmat di sini tidak berhenti tentang nikmat alam saja. Kita dapat bernafas dengan mudah dan lancar juga merupakan nikmat dari Allah SWT untuk kita. Bahkan itu adalah nikmat yang paling berharga, dan anehnya, nikmat yang paling berharga itulah yang jarang kita syukuri. Memang jika kita tidak terlalu memikirkan urusan bernafas, kita tidak akan sadar bahwa bisa bernafaspun adalah nikmat Allah SWT yang tanpanya kita tidak akan bisa hidup. Bayangkan saja jika O2 (Oksigen) yang biasanya kita hirup tak lagi ada atau tercampur, dan atau diganti dengan CO2 (karbon dioksida) ataupun gas-gas lain yang tidak seharusnya masuk ke hidung kita. Pasti akan sangat berbahaya dan menimbulkan penyakit. Seperti halnya peristiwa tahun lalu yang terjadi di Riau dan sekitarnya akibat kebakaran hutan yang mengakibatkan kabut asap.
Kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan kembali menyelimuti wilayah Riau, khususnya Pekanbaru. Aroma menyengat hasil pembakaran hutan dan lahan gambut pun mulai mengganggu aktivitas warga. Dikemukakan oleh seorang dokter ahli bidangnya, bahwa udara yang bercampur asap tersebut apabila terlalu lama dihirup dapat mengakibatkan gangguan pernafasan, khususnya pada paru-paru, dan juga dapat mempengaruhi kerja otak. Terutama kelainanatau cacat otak pada bayi yang masih berada di dalam kandungan. Menurut BMKG kota Pekanbaru, kabut asap dapat menurunkan jarak pandang hingga terbatas antara 4000 hingga 5000 meter. Dikatakan oleh Siti Nurbaya Bakar, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan bahwa penyebab utama terjadinya kebakaran tersebut bukanlah faktor alam, namun tak lain adalah ulah tangan manusia sendiri. Manusia rakus yang menginginkan pembukaan lahan seluas-luasnya hingga mengabaikan akibat dari semua yang telah dilakukan. BNPB mencatat luas kebakaran lahan di Sumatera dan Kalimantan pun terus bertambah.
Hingga kini, bencana kabut asap yang melanda Riau belum bisa terselesaikan. Banyak faktor yang mempengaruhi sulitnya api untuk dipadamkan, antara lain karena wilayah yang terbakar sangat luas, kebakaran terjadi di lahan gambut, kekeringan membuat api sulit untuk dipadamkan, dan karena titik-titik api sulit dijangkau, selain itu fasilitas membatasi kita untuk bergerak. Sesungguhnya BNPB telah mengerahkan pesawatnya untuk memancing hujan, ribuan anggota TNI pun telah dikerahkan, kita juga telah mendapat banyak bantuan dari negara-negara tetengga, sekarang tinggal bagaimana yang di lapangan tetap aktif bergerak atau tidak. (Lihat: Koran Redaksi Antara).
Setelah kita mengetahui ada saudara kita yang nasibnya kurang baik dari kita, mereka tidak bisa bernafas dengan leluasa, tidak bisa memandang dengan leluasa, dan mereka harus menahan sakit yang luar biasa, barulah kita sadar bahwa udara yang tidak bisa kita lihat dan kita raba adalah substansi kecil yang amat kita butuhkan. Dari substansi itupun kita masih membaginya menjadi substansi-substansi yang lebih kecil lagi. Yakni terdapat oksigen, karbon dioksida, nitrogen dan masih banyak lagi. Dan yang paling kita butuhkan untuk bernafas adalah oksigen. Di sini penulis akan membahas pula mengenai oksigen.
            Oksigen ditemukan secara terpisah oleh Carl Wilhelm Scheele di Uppsala pada tahun 1773 dan Joseph Priestley di Wiltshire pada tahun 1774. Temuan Priestley lebih terkenal oleh karena publikasinya merupakan yang pertama kali dicetak. Istilah oxygen diciptakan oleh Antoine Lavoiser pada tahun 1777. Proses pembuatannya dilakukan dengan cara distilasi udara cair. Udara yang mengandung 21% oksigen dan 78% nitrogen didinginkan hingga suhu -200o C dengan tekanan tinggi sehingga udara mencair. Kemudian, udara cair tersebut secara berangsur-angsur dipanaskan. Pada suhu -183o C, oksigen cair akan menguap sehingga dapat dipisahkan dari gas lainnya. Oksigen sendiri ialah unsur atau senyawa kimia yang tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa dan juga tidak terbakar.  Tapi anehnya, senyawa ini berperan penting dalam pembakaran karena bersifat oksidator dan sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup. Bisa dibayangkan jika di dunia ini tidak ada oksigen, pastilah tak ada kehidupan seperti sekarang ini. Bahkan orang yang sesak nafas atau kekurangan oksigen pun tetap harus menghirup oksigen layaknya orang sehat biasanya. Dalam hal ini, oksigen juga sangat berguna untuk pengobatan. Dalam pengobatan, oksigen memiliki beberapa manfaat. Hal ini kadang-kadang ditawarkan untuk terapi pasien yang mengalami kesulitan bernafas. Oksigen juga digunakan dalam campuran anestesi, memastikan bahwa pasien mendapat pasokan yang konsisten dari gas saat tidak dalam kesadaran. Unsur ini juga berperan dalam pengelasan dan industri, yang dikombinasikan dengan zat seperti asetilen, misalnya untuk membuat obor las. Namun, perlu diketahui bahwa gas oksigen tidak akan pernah habis, karena gas oksigen juga selalu dihasilkan oleh tumbuhan dari proses fotosintesis. (Lihat: www.kliksma.com).
            Sebenarnya masih banyak lagi nikmat dari Allah SWT yang dianugerahkan untuk kita semua. Yang jelas tak hanya oksigen, namun penulis memberikan contoh oksigen karena oksigen adalah salah satu substansi nikmat Allah SWT yng sering dilupakan oleh sebagian kecil hingga sebagian besar manusia karena sifatnya yang tak nampak dan hanya bisa dirasakan. Padahal banyak sekali nikmat Allah SWT yang telah dilimpahkan kepada kita. Seperti nikmat kesehatan, nikmat material, nikmat jasmani dan rohani, dan juga nikmat mempunyai perasaan saling mengasihi. Rasa saling mengasihi juga termasuk nikmat. Karena jika kita tidak diberi nikmat untuk saling mengsihi, di dunia ini pasti akan penuh permusuhan bahkan hingga pembunuhan.
Padahal Al-Qur’an sudah jelas menjelaskan bahwa pertengkaran, permusuhan bahkan sampai pembunhan itu haram hukumnya untuk dilakukan. Tidak hanya Al-Qur’an, di Indonesia sendiri, permusuhan dan pembunuhan juga dilarang. Apabila ada yang bersalah maka akan dikenai snksi sesuai pasal yang berkenaan. Hukuman yang dijatuhkan pastilah sudah ada pertimbangannya. Namun, rasa sayng dn cinta pun dapat berujung pada permusuhan dan pembunuhan.. Misalnya kemarin pada tanggal 7 Januari 2016, dimuat di koran sindo, seorang pelajar SMA tega membunuh kekasihnya karena kekasihnya punya sekingkuhan. Kejadian ini terjadi hanya karena adanya rasa kecemburuan.
            Membahas mengenai hiking dan tadabbur alam, keduanya adalah saling berhubungan. Dalam acara hiking tersebut, banyak kegiatan yang berhubungan dengan alam. Selain kita memanfaatkan kekayaan alam kita untuk berrefreshing dalam acara hiking, kita juga telah mensyukuri nikmat Allah SWT yang berupa keindahan alam dan seisinya tersebut. Semuanya sangat bermanfaat bagi kehidupan kita. Dari nikmat alamnya saja kita sudah mendapat amat banyak manfaat. Apalagi dari nikmat yang lainnya. Sebenarnya tidak hanya hiking cara bagi kita untuk lebih mengenal alam dan mensyukuri kenikmatan di alam ini. Hiking hanyalah contoh bagian kecil bagi kita untuk mengetahui cara kita mensyukuri nikmat Allah SWT yang ada di alam. Karena dalam hiking kita mengetahui bagaimana rasanya berjalan jauh, bagaimana rasanya kekurangan air, kepanasan, arti persahabatan, arti kebersamaan dan yang paling penting, kita tahu apa siapa dan untuk apa semua nikmat Allah SWT yang ada di alam ini diciptakan. Padahal, kita sendiri yang sering merusaknya.
Oleh karena itu perlulah kita amat bersyukur atas semua karunia yang telah Allah SWT berikan. Dan seperti yang kita ketahui bahwa bersyukur dapat dilakukan dengan tiga cara, yakni bersyukur dengan hati, bersyukur dengan lisan, dan bersyukur dengan perbuatan. Bersyukur dengan hati yaitu dengan meyakini dan mengakui bahwa segala nikmat hakekatnya dari Allah SWT. Bersyukur dengan lisan yakni membicarakan kepada orang lain tentang nikmat Allah SWT sebagai bentuk rasa syukur dan pengakuannya. Sedangkan bersyukur dengan perbuatan yakni melakukannya sebagai rasa atau bentuk syukurnya kepada Allah SWT.
            Jadi, hubungan antara kegiatan hiking dan tadabbur alam atau mensyukuri nikmat Allah SWT sangatlah berhubungan dan itu merupakan cara mensyukuri nikmat yang ketiga, yakni dengan cara perbuatan. Menikmati alam dengan menjaga segala yang ada di alam.